7.31.2014

Membatasai Penggunaan Bahan Kimia, Langkah Menuju Kebun Urban Ramah Lingkungan

Air, bahan kimia paling universal?net
Banyak dari masyarakat urban saat ini mengembangkan kegiatan berkebun baik dalam skala komunitas maupun personal. Masih ingat kegiaatan berkebun ibu ibu PKK atau kelompok dasa wisma? Kegiatan berkebun dapat dianggap sebagai suatu tindakan yang ramah lingkungan apabila hasil dari kegiatan tersebut secara prinsip menghasilkan lebih banyak karbon tersimpan dalam bentuk biomassa (massa tanaman) daripada karbon yang teremisikan. Pada dasarnya, langkah untuk mengukur tingkat emisi dari suatu kegiatan pertanian adalah sangat komplek dan menantang dengan melibatkan parameter yang tidak sedikit. Emisi ini akan mepertimbangkan penggunaan bahan bakar dalam pembibitan, penggunaan air, energi untuk membuat peralatan dan aspek lainnnya.

Berbagai jenis bahan dan peralatan - selanjutnya kita sebut sebagai input, yang digunakan dalam kegiatan berkebun mempunyai efek nyata terhadap jumlah karbon yang tersimpan ataupun teremisikan. Berbagai peralatan mekanis berbahan bakar fosil seperti mesin potong rumput maupun mesin pompa air merupakan contoh sebagian alat yang secara nyata mengemisikan karbon dioksida. Beberapa langkah dapat ditempuh menuju kebun ramah lingkungan, diantaranya:
Membatasi produk sintetis. Dengan semakin beragamnya produk sintetis di pasaran, penggunaan pupuk buatan, insektisida dan herbisida buatan memiliki kecenderungan meningkat. Di lain pihak, kesadaran penggunaan bahan alam sebagai subtitusi bahan diatas semakin berkembang. Bahan-bahan alami alternatif seperti pupuk organik, pupuk kandang dan  kompos terbukti lebih ramah terhadap lingkungan dengan jejak karbon  (carbon footprint) yang lebih kecil. Berbagai insektisida dan herbisida berbahan baku alami seperti beer bait, neem oil dan bacterial toxin juga terbukti lebih ramah terhadap perubahan iklim, aman terhadap binatang piaraan dan juga hewan liar.

Menggunakan Tenaga Manusia. Rumput, gulma dan daun daun tanaman yang berguguran dapat diperlakukan menggunakan tenaga manusia dan menghindari peralatan mekanis berbasis bahan bakar fosil. Ketika kita memiliki halaman berumput, kita bisa menggunakan peralatan manual bertenaga manusia, atau peralatan elektrik bertenaga listrik dari pada peralatan berbahan bakar minyak. Kita tahun bahwa penggunaan bahan bakar fosil merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca. Setiap penggunaan peralatan mekanis yang menghabiskan 4,5 liter bensin, akan menimbulkan emisi karbon dioksida sebesar 9 kg ke atmosfer.
Rotasi tanaman/pergiliran. Jika kita memiliki kebun sayuran yang lumayan luas, memperbanyak jenis sayuran yang ditanam, melakukan pergiliran jenis tanaman dan lokasi lahan merupakan langkah terbaik. Pergiliran seperti sayuran daun (ex bayam) – sayuran buah (ex tomat)-sayuran umbi (ex kacang) juga sangat pantas untuk dicoba. Dengan melakukan pergiliran tanaman, hama tertentu bisa dikendalikan secara manual tanpa menggunakan peralatan mekanis atau bahan kimia. Selain itu pergiliran tanaman akan membuat tanah lebih sehat dan memungkinkan untuk beristirahat. Kemampuan jenis tanaman kacang kacangan/legumonisae untuk melakukan fiksasi nitrogen (mengikat nitrogen dari udara) memungkinkan kita untuk mengurangi kebutuhan pupuk nitrogen.

Mengenali jenis lahan/tanah. Banyak petani dan juga kita yang hobi berkebun secara sederhana menduga – duga kebutuhan unsur hara tanah pada saat pemupukan. Akibatnya tidak ada dosis atau takaran yang tepat apakah pupuk yang diberikan sesuai jenis dan jumlah, berlebih atau malah kekurangan. Untuk mendapatkan gambaran kesuburan suatu tanah memang memerlukan analisa profesional yang mendetail menyangkut keberadaan unsur pospor (P), potasium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan juga derajat keasaman (pH). Akan tetapi secara sederhana kita bisa memperkirakan tingkat kesuburan tanah dari analisa kandungan organik, semakin banyak kandungan organik, ditandai dengan warna tanah yang menghiram, tanah akan semakin subur.
Hindari penggunaan peat/serat/media tanam buatan. Penggunaan peat (sphagnum, coco, serat batu) sebagai media tanam telah lama menimbulkan berbagai kontroversi terkait dengan asal materia tersebut. Sebagai contoh sphagnum yang banyak digunakan sebagai media tanam terutama jenis anggrek ternyata dalam ekstraksinya dari alam telah merusak keseimbangan alam liar dan mengganggu keseimbangan siklus hidrologi setempat. Sebagai alternatif, media tanam terbaik adalah kompos, yang dapat diproduksi dari sebelah dapur kita.

Ok, itu hanya sebagian, selanjutnya bisa kita kembangkan dewe-dewe. Yak yo ngono to gan?

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

 

Bagaimana Menangkap Karbon dengan Menanam Pohon?

merawat pohon, ilustrasi/net
Menanam dan merawat pohon merupakan langkah cerdas menangkap karbon dari atmosfer. Jika halaman kita tidak cukup luas, menanam pohon dalam pot juga dapat dilakukan. Pohon dengan ukurannya yang besar lebih banyak menyimpan karbon dalam seluruh jaringannnya, mulai dari daun, ranting, cabang, batang maupun akar. Selain itu sebuah pohon juga mampu menangkap konsentrasi debu di atmosfer, menahan radiasi serta meredam suara.
 
Dengan berbagai efek dan keuntungan yang ada, berbagai kota dan metropolitan di dunia telah memperbanyak penanaman pohon melalui ruang terbuka hijau. Keberadaan pohon di lingkungan perkotaan telah membantu daerah tersebut untuk mencapai tingkat kondisi udara yang lebih sehat. Kita dalam kehidupan bermasyarakat dapat berperan serta dalam usaha tersebut melalui kepemilihan pohon di lingkungan sekitar rumah.

Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam menanam pohon di sekitar rumah :

Memilih pohon yang panjang umur. Tidak semua pohon efektif untuk menyimpan karbon., pohon yang tumbuh lebih besar akan menyimpan karbon lebih banyak dibanding pohon yang kecil. Selain itu pohon yang cepat tumbuh seperti pohon sengon, menyimpan lebih banyak karbon dibanding pohon yang lambat tumbuh.
 
Memilih spesies lokal.  Dimulai dengan pohon yang berumur panjang, pemilihan spesies lokal dan juga spesies endemik juga merupakan langkah bijak. Spesies lokal (native) lebih adaptif terhadap iklim lokal terbukti lebih tahan terhadap perubahan alam. Spesies lokal seperti Gayam di Jateng dan DIY, Tarok dan Sago di Sumatera Barat merupakan salah satu contoh.

Pemilihan lokasi tanam. Pemilihan lokasi merupakan aspek penting dalam menanam pohon di kebun atau halaman sekitar rumah kita. Penempatan pohon yang strategis berkaitan dengan penghematan energi. Pohon yang ditanam disebelah barat atau timur rumah akan berfungsi sebagai filter radiasi cahaya matahari. Hasilnya rumah menjadi lebih teduh dan  sejuk sehingga kehadiran mesin pengatur udara  (AC) tidak diperlukan lagi. Selain itu pemilihan tanaman yang selalu hijau sepanjang tahun juga dapat berfungsi sebagai pemecah angin. Pohon yang ditanam di sisi jalan raya dapat berfungsi mengurangi polusi serta  menyerap debu sehingga lingkungan rumah menjadi lebih sehat.

 Menjaga pohon tetap sehat. Sepanjang pohon masih hidup, dia akan terus menyimpan karbon. Sebaliknya, pohon yang telah mati akan melepaskan karbon yang terakumulasi melalui pelapukan. Sehingga harus tidak dilupakan perawatan pohon sehabis penanaman seperti penyiraman, pemupukan dan penyiangan. Setelah pohon sudah tumbuh, jangan lupakan proses pemangkasan untuk menghasilkan kanopi yang bagus. Terakhir, yang perlu diingat, lakukan semua proses secara ramah lingkungan.

Selanjutnya gimana?
 
 

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

7.15.2014

Beragam Manfaat Nangka Belanda

suirsaak kiriman dari internet
Nangka belanda atau sirsak merupakan tanaman tropis asli Amerika Tengah dan Selatan. Kelompok tanaman ini masuk kedalam famili Annonacea dengan anggota mencapai lebih dari 100 spesies. Sirsak merupakan salah satu dari empat spesies yang paling terkenal yang buahnya dapat dimakan. Jenis lainnya adalah sweetsop, custard apple dan cherimoya (srikaya). Sirsak telah menyebar ke sejumlah besar kawasan tropis dunia dengan membawa nama lokal yang berbeda-beda  seperti nangka belanda, nangka sebrang, dan lain lainnya.

Pohon sirsak dicirikan dengan daun yang menghijau sepanjang tahun dengan tinggi tanaman mencapa 5-9 meter.  Daun sirsak berbentuk bulat oval, mengkilat dengan warna hijau pekat yang apabila diremas mengeluarkan bau yang sangat khas. Beberapa kultivar mempunyai biji berbentuk oval berwarna hitam yang sangat toksik. Dengan perawatan yang terbatas, pohon sirsak setelah mencapai umur 3-4 tahun akan berbuah tanpa henti sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Buah sirsak yang sudah matang dapat dikonsumsi langsung atau dipotong dan ditambahkan dalam salad. Selain itu dapat disajikan sebagai makanan pembuka deengan ditambahkan gula atau sedikit susu dan cream. Dapat pula sirsak dibuat jus yang merupakan salah satu minuman terkenal di Karibia maupun Amerika Latin. Pen

Penyebaran tanaman yang sangat luas di seluruh dunia membawa manfaat penggunaan yang sangat beragam sesuai dengan nilai nilai lokal setempat. Di Republik Dominika, sirsak dibuat menjadi custard atau dapat juga dibuat confection dengan cara memasak daging buah bersama sirup gula dicampur cinnamon, dan lemon peel. Dalam industri agro, sirsak merupakan bahan baku utama  pembuatan es krim, sherbets, jeli, kue/tart, sirup dan madu. di Indonesia, buah yang belum matang dimasak sebagai sayuran atau pun sup.

Selain daging buah sebagai bahan makanan, biji buah dan daun sirsak  juga memiliki manfaat herbal yang tidak sedikit. Biji buah di Brasil dipanggang atau digoreng menjadi semacam coffee. Daun sirsak yang kaya antioksidan dapat diseduh laksana teh dan digunakan sebagai pencegah tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan dan juga untuk mengatasi demam pada anak anak. Selain itu teh daun sirsak dapat digunakan sebagai pembersih lantai dan menghilangkan fleas. Terakhir biji sirsak kaya akan minyak nabati yang dapat digunakan sebagai tinta/cat dan juga pembunuh serangga/insektisida.

Nah, dah tau kan beragam manfaat sirsak, sudah saatnya kita punya minimal satu batang pohon di halaman rumah!

www.maszoom.blogspot.com
reference : Rural Agricultural Development Authorithy (RADA), Jamaica, 2000

Pembatasan Emisi Karbon, Kunci Berkebun Urban Ramah Lingkungan

ilustrasi kebun bunga (doc pribadi)
Saat ini dunia sedang mengalami dilema dengan semakin parahnya perubahan iklim global sebagai akibat pemanasan global. Pemanasan global pada dasaranya adalah terjadinya gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon prasejarah (fossil fuel) yang sudah tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon tersebut kembali dalam tanah.

Petani dan para peminat budidaya pertanian urban ikut berpartisipasi dan berperan dalam daur komplek tersebut melalui tanaman yang mereka kembangkan. Tumbuhan menangkap karbon dioksida dan diubah menjadi karbohidrat (pati atau gula) dan senyawa karbon lain (ex. selulose, lignin) yang menjadi komponen penyusun jaringan tumbuhan. Ketika jaringan tumbuhan yang kaya senyawa karbon ini dikonsumsi oleh binatang, atau ketika tanaman mati dan mikroorganisme tanah mendekomposisi menjadi kompos, karbon dioksida terbentuk dan kembali masuk ke atmosfer seperti sedia kala.
Kegiatan berkebun dapat dianggap sebagai suatu tindakan yang ramah lingkungan apabila hasil dari kegiatan tersebut secara prinsip menghasilkan lebih banyak karbon tersimpan dalam bentuk biomassa (massa tanaman) daripada karbon yang teremisikan. Pada dasarnya, langkah untuk mengukur tingkat emisi dari suatu kegiatan pertanian adalah sangat komplek dan menantang dengan melibatkan parameter yang tidak sedikit. Emisi ini akan mepertimbangkan penggunaan bahan bakar dalam pembibitan, penggunaan air, energi untuk membuat peralatan dan aspek lainnnya.
Berbagai jenis bahan dan peralatan - selanjutnya kita sebut sebagai input, yang digunakan dalam kegiatan berkebun mempunyai efek nyata terhadap jumlah karbon yang tersimpan ataupun teremisikan. Berbagai peralatan mekanis berbahan bakar fosil seperti mesin potong rumput maupun mesin pompa air merupakan contoh sebagian alat yang secara nyata mengemisikan karbon dioksida.

Selain peralatan, berbagai bahan (kimia) juga berkontribusi terhadap pemanasan global. Salah satunya adalah pupuk buatan, terutama yang berbasis nitrogen memerlukan energi yang sangat besar untuk membutanya, otomatis mengemisikan karbon yang tidak kalah besar. Bahkan pupuk organik berbasis nitrogen seperti kompos dan pupuk kandang juga mengemisikan gas rumah kaca dalam jumlah tertentu, utamanya apabila waktu dan aplikasinya tidak tepat.  Dalam sebuah studi di Amerika Serikat, hampir separuh pupuk buatan yang digunakan tidak terserap oleh tanaman dan terbuang percuma ke badan air, terlarut dalam air bawah tanah dan terdegradasi menjadi nitrogen oksida, gas rumah kaca yang 320 kali lebih kuat dari karbon dioksida. Hal yang mirip terjadi dalam penggunaan pupuk secara berlebihan pada halaman rumput yang terawat, dapat menjadi sumber emisi nitrogen oksida.  
Selain pupuk buatan, pestisida (termasuk insektisida, herbisida, dan fungisida) juga berkontribbusi terhadap pemanasan global. Pestisida dalam pembuatannya di pabrik, pengepakan dan distribusi memerlukan energi yang sangat besar, yang berkorelasi dengan emisi karbon. Sebuah studi terbaru mengindikasikan bahwa dalam proses produksinya, herbisida merupakan jenis peptisida yang menghasilkan emisi karbon relatif lebih banyak di dibanding jenis pestisida lainnya dan glipospat sebagai bahan aktif dalam herbisida merupakan senyawa kabon paling intensif (banyak). Pada akhirnya, penggunaan alternatif bahan alam menjadi solusi yang lebih memungkinkan untuk membatasi emisi karbon.

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

7.10.2014

Mengapa Kita Harus Menanam Sendiri Makanan Kita?

Mana yang berasal dari belakang rumah? (net)
Menanam sendiri makanan kita merupakan salah satu langkah bijak dan cerdas menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Kita tahu bahwa sebagian besar produk makanan segar di pasaran telah menempuh perjalanan yang sangat jauh (bisa lebih dari 1.500 mil dalam ruangan berpendingin) untuk sekedar sampai ke meja makan. Sebagai contoh banyak jenis buah yang kita konsumsi berasal dari daratan Cina, Thailand, AS ataupun Australia.

Dengan menanam sendiri makanan kita di kebun belakang rumah dan halaman, kita menghilangkan faktor transportasi dan pedinginan yang mengkonsumsi energi dari pembakaran fosil yang tidak sedikit. Penggunaan energi beserta transportasi merupakan sektor penyumbang tebesar emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Pemanasan global pada dasarnya )adalah terjadinya gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon prasejarah (fossil fuel) yang sudah tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon tersebut kembali dalam tanah, melalui tanaman yang kita tanam.

Selain mendapatkan makanan yang lebih segar, dipetik langsung dari tanaman, menanam sendiri makanan kita juga dalam taraf tertentu merupakan langkah menghemat uang. Selain itu mengkonsumsi makanan dari tanaman yang kita tanam sendiri merupakan suatu passion dan culminasi kepuasan tersendiri manakala kita mampu menghadirkan makanan yang kita amati tidak hanya mulai dari tanaman di tanam, tumbuh, berbunga, buah muda, sampai buah masak.

Dari sebuah sumber menyebutkan, dengan ukuran 6x9 atau sekitar 54 meter persegi, lahan yang ditanami sayuran mampu menghasilkan sekitar 150 kg produk per musim tanam. Seumpama lahan tersebut ditanama terung, dengan harga saat ini Rp 12.000,- (awal Juli 2014, payakumbuh), nilai nominal sebesar Rp 1.800.000,- adalah jumlah yang tidak sedikit. Menggabungkan tanaman buah dan sayuran di halaman dan kebun, terbukti selain mendapatkan keuntungan dari penampilan juga ternyata menambah variasi menu yang kita konsumsi.

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

7.08.2014

Lima Langkah Berkebun Urban Ramah Lingkungan

ilustrasi aj ne (doc pribadi)

Rumah tangga di Indonesia sebagian besar merupakan keluarga agraris yang menyandarkan pemenuhan kebutuhan dari budidaya pertanian. Tak ubahnya rekan mereka yang di kawasan rural, masyarakat urban (perkotaan) di Indonesia juga membawa gaya hidup yang sama, meluangkan waktu, tenaga dan dana sekedar untuk menyalurkan hobi berkebun, menanam bunga atau tanaman budidaya. Di Amerika, lebih dari 7% rumah tangga urbannya terlibat kegiatan berkebun dalam berbagai level, mulai dari sejedar hobi untuk memiliki koleksi bunga yang indah, hijaunya halaman dengan rerumputan, penyediaan buah segar dari kebun belakang sampai dengan penyediaan sayuran. Selain itu ada juga yang meluangkan hobi berkebun sekedar untuk mendapatkan ketenangan, keheningan dan kedekatan dengan alam yang sudah sangat jarang dalam masyarakat urban dimana segalanya diukur dengan uang dan waktu yang memburu.
 Tanpa disadari dari berbagai latar belakang kegiatan berkebun urban diatas, ada aspek lain yang tak disangka-sangka namun sangat berharga. Berkebun dengan perlakuan tertentu ternyata ikut andil dalam melawan pemanasan global. Hebatnya disini, kegiatan yang sederhana ini, tanpa disadari menjadi salah satu kunci masyarakat urban untuk turut serta membela bumi. Hubungan pemanasan global dan berkebun ramah lingkungan terkait erat dengan beberapa aspek lain seperti pengetahuan tentang daur karbon, ilmu tanah, tumbuhan dan perubahan iklim. Selain itu berkebun ramah lingkungan juga berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan adaptasi pemenuhan kebutuhan dari halaman belakang. Alih alih mengemisikan karbon (carbon emitting), berkebun dan berbagai budidaya pertanian ramah lingkungan merupakan satu - satunya kegiatan manusia yang menyimpan karbon (Carbon sink), turut menjaga keseimbangan konsentrasi karbon di atmosfer.
Beberapa langkah dapat dilakukan untuk menjadikan kegiatan berkebun kita di halaman belakang rumah semakin ramah lingkungan. Langkah - langkah tersebut terkait erat dengan keseimbangan daur karbon yang melibatkan proses emisi karbon dan penyimpanan karbon. Langkah tersebut adalah :
1.       Meminimalisir emisi karbon dari peralatan dan bahan yang digunakan.
2.       Tidak membiarkan tanah telanjang tanpa tanaman penutup lahan.
3.       Menanam jenis tanaman pohon, semak, perdu dan herba di halaman.
4.       Mengembangkan kegiatan daur ulang di halaman dan kebun belakang.
5.    Menanam rumput di halaman, jangan menanam beton.
referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

Pembuatan Kompos, Langkah Kecil Melawan Pemanasan Global

Sampah organik, bahan pembuatan kompos (net)
Perubahan iklim global sebagai akibat pemanasan global saat ini sedang melanda dunia. Pemanasan global pada dasarnya adalah terjadinya gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon prasejarah (fossil fuel) yang sudah tersimpan di bawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon tersebut kembali dalam tanah.

Kita dapat membantu melawan pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan melakukan pengomposan segala sampah organik yang ditimbulkan oleh kegiatan kita di rumah, kebun dan halaman. Sisa kegiatan kita seperti daun yang berguguran, pangkasan tanaman, tanaman mati dan juga sampah dapur dapat kita buat kompos yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyuburkan kebun dan halaman kita. Selain itu berbagai bahan organik tersebut juga dapat diaplikasikan langsung ke halaman atau kebun menjadi penutup lahan, yanga akan mencegah erosi ataupun pencucian bunga tanah.  Dengan mendaur ulang bahna organik, tidak hanya mengurangi emisi metana di TPA (tempat pengolahan sampah), tapi juga menyimpan karbon dan menambah kesehatan tanah halaman dan kebun kita.

Kompos, yang dapat berupa campuran berbagai material organik (daun, kotoran hewan, sisa makanan). Kompos terbentuk melalui proses alam dimana bakteri, fungi dan organisme lainnya memecah bahan organik menjadi bahan pengkaya tanah. Meski proses pengomposan masih  menghasilkan gas rumah kaca, proses ini  tetap jalan terbaik mengolah material organik dibanding sistem lanfill.

Sisi baik pengomposan adalah bahwa dalam proses tersebut terjadi secara aerob (dengan kehadiran oksigen) sehingga membatasi terbentuknya metana, yang 21 kali lebih berbahaya dibanding karbon dioksida. Dilain pihak, sistem lanfil terjadi secara anaerob (tanpa oksigen), sehingga material organik terdegradasi oleh bakteri tanpa kehadiran oksigen membentuk metana. Studi lebih lanjut membuktikan bahwa pengomposan tetap proses yang lebih baik terhadap pemanasan global dibanding proses pembakaran/insinerasi (insinerator) bahan organik.  

Jadi, kapan anda memulai? Saya sudah lebih dari 2 tahun mengomposkan semua bahan organik di rumah dengan bonus berbagai tanaman tumbuh subur dan rumah lebih sejuk.


referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

7.03.2014

Peran Budidaya Pertanian Urban dalam Melawan Pemanasan Global

taman urban (doc pribadi)
Sebagian kita saat ini telah merasakan bahwa pemanasan global telah terjadi dan ada banyak hal untuk disebutkan, sekedar menjadi bukti. Kita merasakan bahwa hari-hari menjadi semakin panas, angin ribut atau puting beliung menjadi sering terjadi, perubahan musim, hujan lebat, longsong, banjir semakin terbiasa. Musim yang tidak menentu menjadi masalah yang sangat besar bagi para petani, terutama dalam menentukan awal musim tanam maupun jenis tanaman yang akan dipilih. Hujan lebat pemicu banjir maupun kemarau panjang penyebab kekeringan menjadi penyebab kegagalan panen. Efek karambol berlanjut dengan kenaikan harga berbagai komoditi.

Pemanasan global menjadikan budidaya pertanian dan juga berkebun secara urban  semakin menantang. Dalam kegiatan berkebun secara urban, dengan sumber daya (lahan, waktu, tenaga, dana) yang serba terbatas, pemilihan tepat komoditi yang akan ditanam, kapan penyemaian dan kapan pemanenan sedikit banyak memerlukan perhitungan matang. Selain itu pemanasan global juga semakin menantang bagi budidaya pertanian urban dengan semakin berkembangnya vektor hama dan inang pembawanya. Tidak bisa dilupakan adalah kesesuaian lahan/tanah dengan jenis tanaman dalam kebun urban kita.

Pertanian dan kehutanan yang mendominasi pemanfaatan lahan di seantero jagat, merupakan faktor dominan dalam melawan pemanasan global melalui penyimpanan karbon (carbon sinking). Akan tetapi dengan semakin berkembangnya kota-kota tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh penjuru dunia, peran kawasan urban maupun suburban dalam melawan pemanasan global dengan cara serupa. Peneliatian terbaru menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau perkotaan (taman kota, jalur hijau, lapangan golf, tanaman pelindung, turus jalan) mempunyai potensi menangkap karbondioksida (carbon capture) dari atmosfer untuk kemudian disimpan dalam seluruh bagian tanaman sebelum terdegradasi dan masuk ke tanah. Proses ini merupakan bagian dari skenario alam dalam mendaur ulang karbon (carbon recycle) di atmosfer.

Selanjutnya menjadi aspek yang sangat penting dalam perang melawan pemanasan global (global warming counter attact), untuk memilih tindakan yang memaksimalkan penyimpanan karbon (carbon sinking) tanpa menambah timbulan polutan pemanasan global atau gas rumah kaca dalam prosesnya. Dengan kata lain, kegiatan budidaya pertanian maupun perkebunan urban harus dilakukan secara ramah lingkungan. Sistem pertanian organik, pemilihan bibit yang adaptif, rotasi tanaman, tanaman penutup lahan, agen hayati dan pemanfaatan air hujan hanyalah sebagian yang bisa dijalankan untuk memperlambat pemanasan global.

www.maszoom.blogspot.com
referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

7.02.2014

Melindungi Tanah Air dari Pemanasan Global Bermodalkan Tanah

Global warming counter attackante (dok pribadi)
Seluruh makhluk hidup yang ada di permukaan bumi tersusun atas atom karbon sebagai kerangka dasar. Atom Karbon dapat terikat sebanyak empat karbon lain (valensi empat dalam ilmu kimia). Sebagai akibatnya, atom karbon dapat membentuk suatu rantai atom yang suaangat puanjaaaaang sekali. Beberapa senyawa alam seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan beberapa contoh rantai karbon yang mempunyai peran esensial dalam menunjang kehidupan makhluk bumi. Atom karbon secara berkelanjutan terus bergerak dan berpindah melalui organisme hidup, lautan, atmosfer, tanah dan batuan dalam suatu fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai daur karbon (carbon cycle).

Petani dan para peminat budidaya pertanian urban ikut berpartisipasi dan berperan dalam daur komplek tersebut melalui tanaman yang mereka kembangkan. Tumbuhan menangkap karbon dioksida dan diubah menjadi karbohidrat (pati atau gula) dan senyawa karbon lain (ex. selulose, lignin) yang menjadi komponen penyusun jaringan tumbuhan. Ketika jaringan tumbuhan yang kaya senyawa karbon ini dikonsumsi oleh binatang, atau ketika tanaman mati dan mikroorganisme tanah mendekomposisi menjadi kompos, karbon dioksida terbentuk dan kembali masuk ke atmosfer seperti sedia kala.
Pemanasan global pada dasaranya adalah terjadinya gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon prasejarah (fossil fuel) yang sudah tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon tersebut kembali dalam tanah.

Salah satu langkah dalam mengunci karbon di kebun maupun halaman rumah adalah dengan memanfaatkan tanah yang kita miliki berapapun luasnya. Halaman yang terbatas tidak menghalangi kita untuk melakukan langkah serupa dengan menggunakan pot ataupun atap rumah. Menempatkan kembali senyawa organik kaya karbon seperti bagian-bagian tanaman dan kotoran ternak kedalam tanah memungkinkan atom karbon untuk tersimpan semntara waktu. Meski sebagian kecil karbon akan terlepas kembali ke atmosfer melalui proses dekomposisi, sebagian besar lainnya akan tertinggal dalam tanah dan terikat dalam mineral atau senyawa anorganik lain. Proses ini selanjutnya turut membantu mengurangi emisi karbon di atmosfer yang menjadi tersangka utama pemanasan global.

Mengembangkan tanah yang kaya karbon selain menguntungkan dalam turut serta melawan pemanasan global, juga mempunya efek lain yang tak kalah mencengangkan. Tanah dengan kandungan organik (karbon) tinggi mampu mencegah pencemaran air, mudah meluluskan air (drain well), mendukung hidup berbagai mikroba dan serangga menguntungkan (ex. cacing), dan tak kalah penting adalah mendukung pertumbuhan tanaman dengan sedikit atau tanpa penyubur/pupuk buatan, yang nyatanya berasal dari turunan bahan bakar fosil.

Sebuah studi yang dikembangkan di kota Seattle, Amerika Serikat dimana kepemilikan lahan oleh rumah tangga diperkirakan mencapai 25%, praktik berkebun ramah lingkungan menghasilkan output yang relatif sebanding dengan praktik dengan penggunaan bahan bakar fosil. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa rumah tangga yang melaksanakan sistem budidaya pertanian urban ramah lingkungan mendapatkan berbagai keuntungan, selain lingkungan yang lebih terjaga juga kesehatan masyarakat yang lebih terjaga. Keutungan ini belum termasuk nilai penyimpanan karbon - yang mungkin bisa diperdagangkan dalam carbon trade.
 

Melawan Pemanasan Global dengan Berkebun Urban Ramah Lingkungan

Taman di halaman rumah (doc pribadi)
Sebagian keluarga di Indonesia merupakan rumah tangga agraris yang menyandarkan pemenuhan kebutuhan dari budidaya pertanian. Tak ubahnya rekan mereka yang di kawasan rural, masyarakat urban (perkotaan) di Indonesia juga membawa gaya hidup yang sama, meluangkan waktu, tenaga dan dana sekedar untuk menyalurkan hobi berkebun, menanam bunga atau tanaman budidaya. Di Amerika, lebih dari 7% rumah tangga urbannya terlibat kegiatan berkebun dalam berbagai level, mulai dari sejedar hobi untuk memiliki koleksi bunga yang indah, hijaunya halaman dengan rerumputan, penyediaan buah segar dari kebun belakang sampai dengan penyediaan sayuran. Selain itu ada juga yang meluangkan hobi berkebun sekedar untuk mendapatkan ketenangan, keheningan dan kedekatan dengan alam yang sudah sangat jarang dalam masyarakat urban dimana segalanya diukur dengan uang dan waktu yang memburu.
 
Tak disangka dari berbagai latar belakang kegiatan berkebun urban diatas, ada aspek lain yang tak disadari namun sangat berharga. Berkebun dengan perlakuan tertentu ternyata ikut andil dalam melawan pemanasan global. Hebatnya disini, kegiatan yang sederhana ini, tanpa disadari menjadi salah satu kunci masyarakat urban untuk turut serta membela bumi. Hubungan pemanasan global dan berkebun ramah lingkungan terkait erat dengan beberapa aspek lain seperti pengetahuan tentang daur karbon, ilmu tanah, tumbuhan dan perubahan iklim. Selain itu berkebun ramah lingkungan juga berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan adaptasi pemenuhan kebutuhan dari halaman belakang. Alih alih mengemisikan karbon (carbon emitting), berkebun dan berbagai budidaya pertanian ramah lingkungan merupakan satu - satunya kegiatan manusia yang menyimpan karbon (Carbon sink), turut menjaga keseimbangan konsentrasi karbon di atmosfer.
 
Para ilmuan percaya bahwa pemanasan global adalah sedang berlangsung, merupakan buah yang tumbuh sebagai hasil dari peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan berbagai gas penjebak panas yang lain di atmosfer atau lebih dikenal sebagai gas rumah kaca. Peningkatan ini merupakan akibat dari berbagai aktivitas manusia dengan pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuels burning) sebagai faktor utama. Ketika peningkatan konsentrasi karbon dioksida diatmosfer mengganggu kesetimbangan daur karbon, dia akan berlaku laksana selimut, menahan panas di atmosfer dan sebagai konsekuensi adalah terganggunya pola cuaca diberbagai belahan dunia.
 
Dalam pemanasan global yang sedang berproses, kita akan lebih sering menjumpai badai, angin ribut, gelombang panas, cuaca ekstrim, kemarau panjang ataupun banjir yang memicu kegagalan panen. Pemanasan global juga memicu pencairan es dikutub, menjadi penyebab kenaikan permukaan air laut dan berpotensi menenggelamkan kota-kota di pesisir. Perubahan pola cuaca ini selanjutnya memicu perubahan iklim yang membawa berbagai konsekuensi, tidak hanya aspek kesejahteraan dan kesehatan, namun juga kelangsungan hidup seluruh makhluk penghuni bumi.
 
www.maszoom.blogspot.com

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010