Ilustrasi lahan budidaya |
Lahan pertanian secara global saat ini
mencakup luasan hampir 40% permukaan bumi, atau hampir separuh dari area yang
dapat dihuni manusia (Clay, dalam Ali Tabur, 2004). Perubahan dan pengelolaan
lanskap untuk menghasilkan bahan pangan dan berbagai jenis komoditi agrikultur
untuk mencukupi kebutuhan manusia, merupakan ancaman paling nyata terhadap
kelangsungan keanekaragaman hayati (Foley et al, dalam Ali Tabur, 2004). Karena
hal tersebut, distribusi penggunaan lahan menjadi indikator yang lebih baik
dalam memperkirakan status ancaman terhadap keanekaragan hayati, dibandingkan
dengan menggunakan indikator distribusi penduduk. Pertanian berpengaruh
terhadap ekosistem alami dalam berbagai cara, antara lain modifikasi lanskap,
tanah, perubahan tata air akibat perusakan hutan, erosi dan banjir. Selain itu
eliminasi atau propagasi/peningkatan suatu spesises hewan dan tumbuhan tertentu
dapat menjadi penyebab perubahan ekosistem alam.
Pertanian membawa dampak terhadap
keanekaragaman hayati dalam dua cara. Pertama melalui alih fungsi dan
pembersihan lahan yang memicu terjadinya frgamentasi dari habitat yang tersisa,
polusi dan beberapa jenis gangguan lainnya. Kedua adalah penurunan
keanekaragaman hayati akibat kegiatan intensifikasi sistem pertanian, yang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan produktifitas. Burung dalam hal ini
merupakan spesies yang paling terancam akibat kedua hal tersebut. Burung secara
perilaku, penyebaran, dan perhitungan jejak populasi terkait erat secara
temporal dan spasial dengan perubahan sitem pertanian. Aktivitas mereka dalam
mencari makan, mencari pasangan dan membuat sarang sangat dipengarui oleh perubahan
habitat pertanian. Burung secara luas telah digunakan sebagai indikator bagi
perubahan lingkungan, dan peningkatan intensitas pertanian sangat berkaitan
dengan terjadinya penurunan populasi berbagai jenis burung di Eropa, Amerika
Utara, Afrika dan Asia (Donald & Evans, dalam Ali Tabur, 2004).
Ketika sebuah ekosistem alami seperti
misalnya hutan dan rawa mengalami kerusakan, peran ekologis burung dengan serta
merta menghilang. Dalam banyak kasus, ternyata penurunan populasi burung di
alam tidak terkait langsung dengan kehilangan habitat alaminya. Kegiatan
seperti eksploitasi (perburuan), introduksi spesies baru, penyakit, dan
beberapa faktor lainnya menjadi penyebab lain menurunnya populasi. Selanjutnya,
penurunan populasi ini disertai dengan kehilangan peran burung dalam
menyediakan jasa ekosistem. Dalam beberapa dekade mendatang diperkirakan laju
penurunan populasi dan kepunahan burung akan meningkat, seiring dengan semakin
intensnya perubahan iklim di sisi lain.
Perburuan liar burung di
alam tejadi karena tingginya permintaan akan burung sebagai bagian dari hobi
dan aktivitas. Menjadi penting upaya penangkaran burung sebagai langkah lain
dari penyediaan burung bagi komunitas pecinta burung (kicau mania). Sampai saat
ini posisi penangkar burung masih belum memiliki peran yang nyata dalam sirkulasi
dan distribusi burung oleh para kicau mania. Mereka masih tersisih oleh para
importir dan juga pehobi yang sebatas memelihara burung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar