11.28.2011

Kontribusi Ponsel Anda terhadap Tenggelamnya Kota Jakarta

Seluruh kegiatan kita sebagai manusia berkontribusi langsung terhadap terjadinya perubahan iklim global. Perubahan iklim (climate change) terjadi melalui peningkatan konsentrasi gas gas rumah kaca (NOx, CO2 dan CH4) di atmosfer akibat kegiatan tersebut. Selama ini dipercayai bahwa kontribusi terbesar aktivitas manusia terjadi pada kegiatan pembakaran bahan bakar fosil. Gas gas rumah kaca yang dihasilkan pada pembakaran tersebut mempengaruhi iklim global dengan cara mengubah radiasi sinar matahari yang masuk dan radiasi sinar infra merah yang keluar yang secara alami merupakan bagian dari kesetimbangan energi bumi kita.


Dampak langsung dari meningkatnya konsentrasi gas gas rumah kaca di atmosfer adalah meningkatnya suhu bumi (pemanasan global) yang diikuti dengan perubahan iklim secara global. Perubahan iklim ini akan menjadikan bumi menjadi kurang bersahabat bagi kita karena terjadinya anomali cuaca diantaranya makin seringnya terjadi gelombang panas, lebih banyak terjadi badai tropis dengan skala yang lebih besar, kekeringan maupun hujan deras disertai banjir. Dampak terburuk dari pemanasan global yang paling menakutkan mungkin adalah terjadinya kenaikan permukaan air laut.
Beragam bukti telah dikemukakan oleh para ahli tentang meningkatnya permukaan air laut secara global dalam kurun waktu 200 tahun terakhir. Permukaan air laut diperkirakan akan meningkat dengan laju yang semakin besar di akhir abad ini. Diperkirakan pada tahun 2100 permukaan air laut global akan naik antara 8 cm sampai dengan 100 cm (IPPC). Dua penyebab utama naiknya muka air laut adalah adanya ekspansi termal samudera (air mengembang pada suhu lebih tinggi) dan hilangnya/melelehnya daratan es akibat pemanasan global.
Akan sangat sulit membayangkan kondisi bumi dengan muka air laut 1 meter lebih tinggi. Negara negara pulau semisal Maldives, Samoa, Vanuatu maupun Barbados akan hilang dari atlas dunia. Pun demikian dengan kota-kota pantai seperti Singapore, Mumbai, London maupun New York. Pasir putih di Antilles hanya akan tinggal kenangan, lebih dari separuh pulau-pulau di Maluku akan tengggelam. Bukan hal mustahil jika di tahun 2100 nanti Jakarta tidak kita temui dalam peta Indonesia. Indonesia tanpa Jakarta, yang benar aja ...
Menjadi sedemikian penting strategi adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim untuk mengurangi dampak kerusakan yang terjadi. Potensi kerusakan akibat pemanasan global bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menstabikan konsentrasi gas rumah kaca (NOx, CO2 dan CH4) di atmosfer kisaran 550 ppm. Untuk mencapai kondisi tersebut maka laju emisi yang ada saat ini harus sudah berkurang menjadi tinggal 50% saja pada tahun 2100. Disini hanya ada dua pilihan, kurangi emisi atau kota kita tenggelam ditelan lautan.
Emisi GRK dihasilkan utamanya dari pembakaran bahan bakar fosil, kerusakan lahan mupun hutan. Mengurangi emisi GRK bisa dilakukan dengan pemakaian BBM yang ramah lingkungan (biofuel). Aktifitas kita dalam berponsel ria juga bisa menjadi kontrol yang nyata dalam mencegah tenggelamnya Jakarta. Dengan pemakaian yang arif, bijaksana dan bijaksini emisi akan bisa dikurangi. Sikap arif ini bisa dimulai dari pemilihan ponsel yang berkualitas, bisa didaur ulang, awet, tahan lama (durable) dan hemat energi sehingga meminimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dalam pembuatannya. Melakukan pengisisan pulsa secara elektrik akan menghindari produk sampah (kertas, plastik) dari penggunaan voucher fisik sehingga lebih banyak pohon (bahan pulp kertas) dan energi terselamatkan. Mematikan ponsel ketika kita tidak beraktifitas (tidur) dan membatasi penggunaan ponsel hanya untuk berkomunikasi merupakan cara yang paling bijaksana. Dengan cara ini kita bisa berhemat energi. Kita tahu bahwa energi listrik yang menjadi daya untuk ponsel saat ini sebagian besar masih diproduksi melalui pembakaran bahan bakar fosil (gas, diesel, batubara). Lebih banyak listrik terpakai, lebih banyak batubara dibakar. Lebih banyak batubara dibakar, lebih banyak emisi GRK dilepas ke angkasa. Lebih banyak GRK di atmosfer, lebih cepat Jakarta tenggelam di telan samudera. Mau? (*_*)
Maszoom.blogspot.com adaptasi dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: