Untuk
mendistribusikan bahan pangan dari lahan pertanian sampai dengan piring di meja
makan, bangsa Amerika menghabiskan 10 persen kebutuhan energi nasionalnya,
dengan penggunaan lahan (pertanian) mencapai 50 persen dari luas negara. Untuk
mencapai angka tersebut bangsa Amerika membutuhkan suplai air bersih demi
menjalankan lahan pertaniannya sebanyak 80 persen dari seluruh kebutuhan air
secara nasional. Hal selanjutnya yang terjadi adalah sebuah ironi, lebih dari
40 persen produk (pertanian) adalah hilang tak termakan.
Angka
40 persen produk pertanian yang tidak mtermakan bukanlah angka yang kecil,
karena angka tersebut setara dengan membuang makanan senilai US$
165.000.000.000,- (165 milyar dolar) ke tempat sampah setiap tahun (terus
terang i’m a little bit nerveous when convert in to Rp). Rata rata mereka membuang mkanan ke tgempat sampah sebanyak 150 kg/kapita/tahun. Makanan yang menjadi
sampah ini pada akhirnya menyumbang porsi terbesar produksi gas rumah kaca
berupa gas metan dari bangsa Amerika.
Yang
menjadi pertanyaaan kemudian adalah bagaimana ini bisa terjadi?
Sedemikian
besar nilai makanan yang menjadi sampah terkait erat dengan gaya hidup dan
perilaku penduduknya. Standar mutu makanan yang sedemikian tinggi mengakibatkan
penurunan mutu sedikit saja menjadikan sebuah produk tidak layak lagi dikonsumsi
bagi bangsa Amerika, padahal produk tersebut masih cukup layak dikonsumsi di
belahan dunia yang lain. Bangsa Amerika membuang makanan ke tempat sampah
sebanyak 10 kali lebih banyak dari saudaranya di Asia Tenggara.
Harus diingat
bahwa masih ada 870 juta saudara kita yang masih menderita kelaparan dan
kekurangan gizi, satu dari delapan penduduk bumi dicengkeram setan lapar. Jadi,
masihkah anda menyisakan sedikit menu makan siang anda hari ini ke tempat
sampah layaknya bangsa Amerika?
(maszoom adapted/adopted from FAO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar