Memasuki abad 21, dunia semakin didera arus urbanisasi yang semakin
tidak terkendali. Urbanisasi tidak hanya menjadi permasalahan negara maju,
tetapi telah mendatangkan masalah yang lebih besar bagi negara-negara
berkembang akibat minimnya perencanaan dan
pengelolaan infrastruktur. Berbagai masalah sosial dan ekonomi seperti
penciptaan lapangan kerja, tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan dan pengelolaan
sampah menjadi fenomena urbanisasi yang terjadi secara simultan. Dengan lebih
dari 50 persen penduduk tinggal di perkotaan, pengelolaan sampah telah menjadi
masalah di hampir semua kawasan secara global.
Tantangan
kehidupan perkotaan dengan timbulan sampah yang semakin meningkat membutuhkan
suatu sistem pengelolaan yang dilakukan secara terpadu dan ramah lingkungan.
Saat ini sebenarnya kita sudah berbagi peran dengan para pemulung (scavenger) dalam
pengelolaan sampah padat perkotaan. Keberadaan pemulung pada dasarnya merupakan
salah satu aset dalam pengelolaan terpadu sampah padat perkotaan. Akan tetapi
justifikasi masyarakat yang mengangap rendah keberadaan mereka menjadikan
posisi mereka sangat tidak diperhitungkan. Mereka terkadang dianggap sebagai
kaum kriminal yang harus dihindari dan diusir jauh-jauh. Keberadaan mereka
terkadang juga menjadi sasaran eksploitasi dari para pengepul material daur
ulang/barang bekas dengan seenaknya mempermainkan komoditas daur ulang.
Sampai saat
ini kegiatan pemilahan sampah sedari sumbernya belum menjadi sebuah budaya di
masyarakat. Keadaan ini membawa konsekuensi akan arti penting keberadaan
pemulung sebagai salah satu bagian dari pengelolaan sampah terpadu. Mereka
berperan dalam mengumpulkan material berharga yang dapat didaur ulang (recycle) seperti berbagai jenis plastik
dan logam (ex : besi, alumunium, tembaga). Kegiatan yang mereka lakukan
otomatis juga mengurangi (reduce)
timbulan sampah yang seharusnya dibuang/dibawa ke TPA/landfilled. Tanpa disadari mereka juga terkadang menggunakan
kembali (reuse) berbagai barang sederhana
yang sudah dibuang seperti mainan (ex. Boneka), celengan, sandal/sepatu (meski cuma sebelah kaki) dan banyak
lagi lainnya.
Peran mereka yang
sudah sangat besar dapat ditingkatkan melalui peningkatan kapasitas dengan
pengembangan organisasi/koperasi pemulung. Melalui koperasi, para pemulung akan
belajar/diajari bagaiman kode etik seorang pemulung, apa yang harus dan tidak
boleh (do’s and don’t) dilakukan
seorang pemulung. Kegiatan organisasi/koperasi ini diantaranya adalah menjalin
kerjasama dengan kawasan perumahan maupun industri kecil untuk mengelola
material terdaur ulang yang berasal dari sampah. Koperasi juga secara periodik
merilis daftar harga berbagai komoditi daur ulang secara up to date, dengan begitu posisi pemulung yang rentan akan
permainan para tengkulak akan aman dan pada akhirnya kesejahteraan mereka akan
meningkat.
adapted from
USAID LAC Buerau
1 komentar:
Vinyl /PVC atau V atau Polyvinyl chloride yang keras dan tahan cuaca. PVC mengandung khlor, yang berarti bahwa sedikit berbahaya karena dioxins diproduksi selama manufaktur. Digunakan untuk membuat beberapa kontainer dan botol untuk deterjen dan minyak goreng, serta jendela, pipa saluran, kawat jacketing, dan bungkus makanan cerah. PVC sering didaur ulang oleh masyarakat untuk dibuat mudflaps, lantai, dan cabbles tikar/keset, dsb. Jasa Penulis Artikel SEO harga kardus bekas di pengepul harga jual kardus bekas ke pabrik pabrik daur ulang kardus bekas
Jasa Penulis Artikel SEO jasa percetakan sampul raport K13 percetakan lamongan pengepul kardus bekas terdekat
Posting Komentar