Mana yang berasal dari belakang rumah? (net) |
Menanam sendiri makanan kita merupakan salah satu langkah bijak dan
cerdas menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Kita tahu bahwa sebagian
besar produk makanan segar di pasaran telah menempuh perjalanan yang sangat
jauh (bisa lebih dari 1.500 mil dalam ruangan berpendingin) untuk sekedar
sampai ke meja makan. Sebagai contoh banyak jenis buah yang kita konsumsi
berasal dari daratan Cina, Thailand, AS ataupun Australia.
Dengan menanam sendiri makanan kita di kebun belakang rumah dan halaman,
kita menghilangkan faktor transportasi dan pedinginan yang mengkonsumsi energi
dari pembakaran fosil yang tidak sedikit. Penggunaan energi beserta
transportasi merupakan sektor penyumbang tebesar emisi gas rumah kaca penyebab
pemanasan global. Pemanasan global pada dasarnya )adalah terjadinya gangguan pada
kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita
membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon
prasejarah (fossil fuel) yang sudah
tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer
dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk
menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon
tersebut kembali dalam tanah, melalui tanaman yang kita tanam.
Selain mendapatkan makanan yang lebih segar, dipetik langsung dari
tanaman, menanam sendiri makanan kita juga dalam taraf tertentu merupakan
langkah menghemat uang. Selain itu mengkonsumsi makanan dari tanaman yang kita
tanam sendiri merupakan suatu passion
dan culminasi kepuasan tersendiri manakala kita mampu menghadirkan makanan yang
kita amati tidak hanya mulai dari tanaman di tanam, tumbuh, berbunga, buah
muda, sampai buah masak.
Dari sebuah sumber menyebutkan, dengan ukuran 6x9 atau sekitar 54 meter
persegi, lahan yang ditanami sayuran mampu menghasilkan sekitar 150 kg produk
per musim tanam. Seumpama lahan tersebut ditanama terung, dengan harga saat ini
Rp 12.000,- (awal Juli 2014, payakumbuh), nilai nominal sebesar Rp 1.800.000,-
adalah jumlah yang tidak sedikit. Menggabungkan tanaman buah dan sayuran di
halaman dan kebun, terbukti selain mendapatkan keuntungan dari penampilan juga
ternyata menambah variasi menu yang kita konsumsi.
referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar