tanaman bermedia kompos (doc pribadi) |
Perubahan iklim global sebagai akibat pemanasan global saat ini
sedang melanda seantero dunia. Pemanasan global pada dasarnya adalah terjadinya
gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia.
Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai
karbon prasejarah (fossil fuel) yang
sudah tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke
atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh
untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci
atom karbon tersebut kembali dalam tanah.
Kita dapat membantu melawan pemanasan global
dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan melakukan pengomposan segala
sampah organik yang ditimbulkan oleh kegiatan rumah tangga. Sisa kegiatan kita
seperti daun yang berguguran, pangkasan tanaman, tanaman mati dan juga sampah
dapur dapat kita buat kompos yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyuburkan
kebun dan halaman kita.
Ikuti langkah berikut untuk mendapatkan proses pengomposan dengan hasil
terbaik sekaligus menghindari hama, serangga dan mikroorganisme pengganggu :
Keseimbangan Karbon dan Nitrogen. Proses pengomposan paling efektif terjadi manakala bahan organik
memiliki perbandingan karbon dan nitrogen yang tepat. Dalam pengomposan, karbon
dan nirogen diperlukan sebagai makanan bakteri, fungi dan jasad renik lain
(cacaing) dalam proses pelapukan. Karbon digunakan oleh mikroorganisme tersebut
sebagai sumber energi, sedangkan nitrogen dalam bahan organik tersebut
digunakan sebagai penyusun kerangka protein.
Perbandingan karbon :
nitrogen dalam proses pengomposan yang ideal berkisar antara 25 :1 sampai
dengan 30 : 1. Perbandingan yang terlalu besar mengakikatkan proses pengomposan
berjalan lambat, sebaliknya apabila perbandingan terlalul kecil, nitrogen akan
terbebaskan ke udara dalam bentuk amonia yang menyebabkan bau busuk. Sebagai
perkenalan, material yang kaya karbon cenderung kering dan kusam seperti daun
kering, jerami, sisa gergajian, batang dan potongan kayu. Untuk material yang
kaya nitrogen cenderung basah dan hijau lakasana daun segar, sayuran, sisa
makanan maupun kotoran hewan.
Biarkan Kompos Bernafas. Proses pengomposan berlangsung secara aerobik (memerlukan
oksigen), berbeda dengan pengolahan sampah yang terjadi secara anaerob (tanpa
oksigen). Karena memerlukan oksigen dalam prosesnya, pencampuran dan pengadukan
kompos secara berkala (tiga hari sekali) menjadi jalan keluar terbaik. Dengan
pengadukan proses berlangsung lebih efektif, mengurangi terbentuknya metana (21
kali lebih berbahaya dari pada karbon dioksida terhadap pemanasan global) pada
proses anaerob. Selain itu dengan pengomposan yang efektif, suhu kompos akan
meningkat dan membunuh organisme
penyebab penyakit dan juga benih gulma yang merugikan.
Tutup Gundukan Kompos. Proses pengomposon membutuhkan suhu yang ideal untuk mendukung
berlangsungnya proses yang efektif. Suhu akan meningkat berlahan secara
parabolis dari suhu ruangan (25oC) sampai dengan titik maksimal
sekitar 60oC untuk kemudian menurun ketika proses mencapai titik
akhir. Prose pengomposan berakhir manakala warna menjadi gelap, remah dan
berbau laksana tanah. Dengan penutupan, suhu gundukan/loop akan terjaga,
menghindari terpaan hujan dan juga panas yang berlebihan.
Kompos yang sudah jadi mempunyai berbagai kegunaan seperti
pengganti pupuk buatan, media tanam, atau media campuran pembibitan. Selain itu
kompos juga bisa digunakan sebagai media penutup lahan yang sangat baik.
Ok, kan? What R U waiting 4?
referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar