Populasi dunia telah bertambah lebih
dari dua kali lipat sejak tahun 1950 dan diperkiraan akan mencapai 9,3 milyar
pada tahun 2050. Naiknya jumlah penduduk ini, jika dibarengi dengan
meningkatnya konsumsi, akan berdampak pada keanekaragaman hayati dan jejak
ekologis kita. Urbanisasi merupakan faktor kunci penyumbang meningkatnya
konsumsi. Contoh, jejak ekologis rata-rata penduduk kota Beijing adalah tiga
kali lipat dari rata-rata penduduk Cina lainnya.
Jejak ekologis atau ecological
footprint adalah sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan
air) yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka
butuhkan dan menyerap limbah yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis
dilakukan dengan menghitung berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi
yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya
dalam setahun.
Laporan Living Planet Report 2012
menunjukkan kecenderungan yang
mengkhawatirkan, peningkatan jejak ekologis yang terus berlanjut. Data
terbaru pada 2008 menunjukkan jejak ekologis yang ditinggalkan manusia telah
melebihi kapasitas biologis bumi, dimana bumi hanya mampu memproduksi sumber
daya terbarukan dan menyerap CO2 sebesar 50 persen dari yang dibutuhkan dunia
saat ini.
Secara
keseluhan, jejak ekologis manusia telah menjadi dua kali lipat sejak tahun 1966. Membutuhkan setidaknya 1,5 tahun
bagi planet bumi untuk meregenerasi sumberdaya terbarukan yang dapat
dimanfaatkan manusia, serta menyerap karbon yang dihasilkannya dalam jangka
waktu yang sama. Keterlampauan Ekologis atau yang dikenal dengan istilah “ecological
overshoot” ini secara umum disebabkan oleh emisi karbon dan permintaan akan
bahan pangan, namun ketersediaan lahan dan pengalokasiannya bisa dipastikan
akan segera menjadi isu utama.
Bagaimana dengan daya dukung bumi? Jejak
ekologis penduduk dunia telah melampaui kemampuan planet Bumi memperbaiki diri
secara alami (biokapasitas) sebesar 50 persen. Artinya dibutuhkan 1.5 tahun bagi bumi untuk memproduksi sumberdaya yang
dikonsumsi oleh manusia dalam 1 tahun.
Akibat
selanjutnya, kehilangan keanekaragaman hayati dapat menyebabkan ekosistem mengalami
tekanan atau penurunan yang berakibat pada rusaknya ekosistem tersebut. Hal ini
dapat mengancam keseimbangan pasokan jasa lingkungan yang penting bagi penyediaan pangan, air dan keberadaan manusia
sendiri. Hilangnya jasa lingkungan ini merupakan ancaman sangat serius bagi
kelangsungan dan pembangunan bagi umat manusia di bumi.
www.maszoom.blogspot.com
Tanks to WWF Indonesia for the whole contents
Tidak ada komentar:
Posting Komentar