Bahan pangan yang terbuang (terjadi
dalam proses pasca produksi, distribusi maupun konsumsi) merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap menurunnya kekayaan keanekaragaman
hayati. Pengaruh yang terjadi diantaranya melalui perubahan habitat,
pemanfaatan secara berlebihan (overeksploitasi), polusi dan perubahan iklim.
Dalam tataran
global, produksi bahan pangan yang tidak efisien setara dengan perusakan hutan
seluas 9,7 juta hektar. Angka ini sebanding 74 persen perusakan hutan setiap tahunnya di seluruh dunia.
Bagaimana pola
konsumsi kita berpengaruh terhadap kekayaan keaneka-ragaman hayati jelas
terlihat apabila kita layangkan pandangan ke dunia maritim. Saat ini, hampir 70
persen ikan yang di tangkap dengan pukat harimau oleh perusahaan pelayaran
besar terbuang percuma ke laut, sebagian besar dalam keadaan mati. Apabila ini
terus terjadi, diperkirakan pada tahun 2050 kita hanya akan melahap plankton
dari birunya lautan.
Saat ini di
beberapa negara barat seperti Amerika Serikat dan Inggris, jumlah bahan makanan
yang terbuang seperti daging dan olahan susu setara dengan kebutuhan lahan
seluas 8,3 juta hektar. Angka yang sangat spektakuler ini bahkan sama dengan
delapan kali luas hutan yang rusak pada tahun 2008.
Adalah sangat
bijak untuk memanfaatkan setiap sumber daya alam yang ada secara arif dan
bijaksana. Dalam konteks pergaulan antar bangsa, dimana dunia diambang krisis
bahan pangan, energi dan sumber daya air, mereka yang arif dalam pengelolaan
sumber daya alam-lah yang akan bertahan.
adopted from FAO, Rome, Italy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar