Beberapa
tahun terakhir, dunia seakan tersadar untuk memperhatikan secara lebih seksama
betapa cepatnya infrastruktur ekologi bumi terdegradasi. Tumbuhya kesadaran
tersebut membawa dampak yang sangat baik bagi hidup dan kehidupan, termasuk
bagi rakyat miskin dalam berbagi peran pengelolaan sumber daya alam secara arif
dan bijaksana. Keanekaragaman hayati dan ekosistem sebagai salah satu komponen
sumber daya alam pada gilirannya menjadi salah satu aspek yang turut
diperhitungkan keberadaanya.
Pada beberapa
dekade sebelumnya, keanekaragaman hayati dan ekosistem masih dipandang sebelah
mata dalam pembuatan kebijakan. Peran keduanya sebagai salah satu komponen
pembangunan dan perubahan seakan termarjinalisasi. Keanekaragaman hayati dan
ekosistem juga dipandang tidak berhubungan dengan perubahan iklim global.
Akibatnya kepunahan dan degradasi
berbagai spesies kehati menjadi satu hal yang tidak bisa dihindari.
Nilai ekonomi
keanekaragaman hayati dan ekosietem (baca : TEEB) adalah sebuah sebuah studi
yang dilakukan massyarakat global dalam memperkirakan biaya ekonomi secara
global dari degradasi ekosistem dan kepunahan/kemunduran suatu spesies
keanekaragaman hayati. Studi yang dilakukan selanjutnya digunakan untuk
memberikan rekomendasi pemecahan masalah bagi para pembuat kebijakan, pelaku
usaha dan perorangan.
Alih-alih
melupakan arti penting kehati dan ekosistem, beberapa negara sudah berhasil
memanfaatnkan peluang besar pemanfaatan keduanya dalam memajukan perekonomian. Pemanfaatan
kehati dan ekosistem telah membawa keuntungan dalam penciptaan lapangan kerja, peningkatan
taraf hidup dan pendapatan di sekitar kawasan. Keberhasilan tersebut juga telah
menjadi pelajaran berharga (best
practise) bagi daerah/negara lain dalam mengembangan dan meraih cita – cita
yang sama.
Beberapa
contoh keberhasilan pemanfaatan nilai ekonomi dari keanekaragaman hayai dan
ekosistem di beberapa negara yang bisa menjadi referensi, antara lain :
- Saat ini, satu dari empat puluh (1 in 40) jenis pekerjaan favorit di Eropa terkait dengan pengelolaan lingkungan dan jasa ekosistem, mulai dari teknoligi bersih (ecotech industry), pertanian organik, kehutanan berkelanjutan dan ekowisata.
- Investasi sebesar $ 50 Juta untuk melindungi kawasan cadangan biosfer suku maya di Guatemala telah menciptakan tidak kurang dari 7.000 lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup keluarga,
- Investasi dalam bentuk perlindungan kawasan lindung di Venezuela, telah berhasil mencegah sedimentasi yang berpotensi merugikan produksi pertanian sebesar $3,5 Juta pertahun.
- Menghabiskan dana hampir 1 juta dolar untuk penanaman dan perawatan hutan bakau seluas 12.000 hektar di Vietnam mampu menghemat anggaran sebesar 7 juta dolar pertahun yang habis untuk perawatan saluran banjir di kawasan pasang surut/dyke.
- Perhitungan terkini dari jasa lingkungan yang mampu diberikan Kawasan Hutan Mau di Kenya seperti sumber air bersih, penyimpanan karbon, ekowisata dan embun untuk budidaya tanaman teh setara dengan kontrisbusi lebih dari 1,5 Milyar dolar bagi perkembangan ekonomi negara tersebut.
Berkaca pada
keberhasilan saudara-saudara kita diatas, bagaimana dengan kita di Nusantara?
Sudahkah kita hitung berapa pengeluaran kita untuk oksigen yang kita hirup
selama setahun terakhir?
adaptasi dari UNEP, Nairobi, Kenya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar