3.04.2013

Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (The Economics of Ecosystem and Biodiversity)



Beberapa tahun terakhir, dunia seakan tersadar untuk memperhatikan secara lebih seksama betapa cepatnya infrastruktur ekologi bumi terdegradasi. Tumbuhya kesadaran tersebut membawa dampak yang sangat baik bagi hidup dan kehidupan, termasuk bagi rakyat miskin dalam berbagi peran pengelolaan sumber daya alam secara arif dan bijaksana. Keanekaragaman hayati dan ekosistem sebagai salah satu komponen sumber daya alam pada gilirannya menjadi salah satu aspek yang turut diperhitungkan keberadaanya.

Pada beberapa dekade sebelumnya, keanekaragaman hayati dan ekosistem masih dipandang sebelah mata dalam pembuatan kebijakan. Peran keduanya sebagai salah satu komponen pembangunan dan perubahan seakan termarjinalisasi. Keanekaragaman hayati dan ekosistem juga dipandang tidak berhubungan dengan perubahan iklim global. Akibatnya kepunahan  dan degradasi berbagai spesies kehati menjadi satu hal yang tidak bisa dihindari.

Nilai ekonomi keanekaragaman hayati dan ekosietem (baca : TEEB) adalah sebuah sebuah studi yang dilakukan massyarakat global dalam memperkirakan biaya ekonomi secara global dari degradasi ekosistem dan kepunahan/kemunduran suatu spesies keanekaragaman hayati. Studi yang dilakukan selanjutnya digunakan untuk memberikan rekomendasi pemecahan masalah bagi para pembuat kebijakan, pelaku usaha dan perorangan.

Alih-alih melupakan arti penting kehati dan ekosistem, beberapa negara sudah berhasil memanfaatnkan peluang besar pemanfaatan keduanya dalam memajukan perekonomian. Pemanfaatan kehati dan ekosistem telah membawa keuntungan dalam penciptaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup dan pendapatan di sekitar kawasan. Keberhasilan tersebut juga telah menjadi pelajaran berharga (best practise) bagi daerah/negara lain dalam mengembangan dan meraih cita – cita yang sama.

Beberapa contoh keberhasilan pemanfaatan nilai ekonomi dari keanekaragaman hayai dan ekosistem di beberapa negara yang bisa menjadi referensi, antara lain :


  • Saat ini, satu dari empat puluh (1 in 40) jenis pekerjaan favorit di Eropa terkait dengan pengelolaan lingkungan dan jasa ekosistem, mulai dari teknoligi bersih (ecotech industry), pertanian organik, kehutanan berkelanjutan dan ekowisata. 
  •  Investasi sebesar $ 50 Juta untuk melindungi kawasan cadangan biosfer suku maya di Guatemala telah menciptakan tidak kurang dari 7.000 lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup keluarga, 
  •  Investasi dalam bentuk perlindungan kawasan lindung di Venezuela, telah berhasil mencegah sedimentasi yang berpotensi merugikan produksi pertanian sebesar $3,5 Juta pertahun. 
  •  Menghabiskan dana hampir 1 juta dolar untuk penanaman dan perawatan hutan bakau seluas 12.000 hektar di Vietnam mampu menghemat anggaran sebesar 7 juta dolar pertahun yang habis untuk perawatan saluran banjir di kawasan pasang surut/dyke. 
  •  Perhitungan terkini dari jasa lingkungan yang mampu diberikan Kawasan Hutan Mau di Kenya seperti sumber air bersih, penyimpanan karbon, ekowisata dan embun untuk budidaya tanaman teh setara dengan kontrisbusi lebih dari 1,5 Milyar dolar bagi perkembangan ekonomi negara tersebut.
 Berkaca pada keberhasilan saudara-saudara kita diatas, bagaimana dengan kita di Nusantara? Sudahkah kita hitung berapa pengeluaran kita untuk oksigen yang kita hirup selama setahun terakhir?

adaptasi dari UNEP, Nairobi, Kenya

Tidak ada komentar: