Bak pepatah lama mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak
sayang maka tak cinta. Hal ini sangat nyata dalam keseharian kita dimana secara
intens kita mendapat informasi berbagai gejala alam yang menunjukan telah
terjadinya climate change, tanpa ada
penjelasan yang sepadan mengapa hal itu bisa terjadi.
Jamak diketahui bahwa global
warming adalah terjadi akibat meningkatnya kosentrasi gas rumah kaca yang
diwakili oleh karbon dioksida di atmosfer. Penjelasan lebih jauh tentang gas
rumah kaca (GRK) sedemikian terbatas sehingga kita sangat sedikit mengenal
bagaimana dan seperti apa karakternya.
Akibatnya kita belum melakukan tindakan apapun untuk sekedar
mengurangi kuantitas emisi GRK. Pemahaman akan GRK yang sebatas karbon
dioksida-pun menjadi bumerang karena berbagai upaya dan mekanisme mitigasi dan
adaptasinya tidak lebih dari sekedar retorika.
Sejenak lupakan isu, polemik, perbenturan kepentingan dan berbagai
standar ganda dalam masalah pemanasan global. Fokus kita “zoomed” ke akar
permasalahan, siapa yang harus dipersalahkan menjadi tersangka atau aktor utama
pemanasan global.
Saat ini paling tidak diketahui sebanyak 10 (sepuluh) jenis
GRK penyebab pemanasan global, dengan masing masing jenis mempunyai kegunaan
dan potensi masalah yang sangat beragam. Beberapa negara yang menyadari bahaya
GRK tersebut bagi kelangsungan planet bumi, telah melakukan gerakan nyata
melalui pembatasan/ pelarangan pemanfaatan senyawa tersebut. Kita di Indonesia,
mohon maaf baru dalam taraf penjajakan dan perkenalan, belum ada tindakan (action) nyata.
(2 b continued ...)
Contents adapted from The United Nations
Tidak ada komentar:
Posting Komentar