Dalam
perspektif ekologi dan keanekaragaman hayati, tidak ada banding untuk kekayaan
hutan Sumatera dengan daerah lainnya di Indonesia bahkan di dunia. Hutan
Sumatera merupakan salah satu kawasan dengan keanekaragaman fauna paling kaya
di dunia, di dalamnya termasuk 22 spesies asiatic yang tidak bisa ditemui
didaerah lain (endemik).
Kawasan ini
telah menjadi rumah bagi Harimau Sumatera, Orangutan Sumatera, Badak Sumatera
dan tentunya Gajah Sumatera. Lebih dari 58 spesies burung yang dalam kondisi
terancam punah juga menambah daftar panjang kekayaan kehati Sumatera. Kondisi
ini menjadikan tiga taman nasional yang ada menjadi sangat berperan dalam
proses pengungsian spesies terkait perubahan iklim (climatic refugee) dan menjadi area penting kelanjutan proses
evolusi spesies dimaksud.
Saat ini
sebagian besar hutan Sumatera yang berada di luar taman nasional telah
menghadapi tekanan yang luar biasa dengan semakin maraknya pengembangan arel
perkebunan seperti kelapa sawit, karet maupun kakao. Selain itu tekanan
terhadap perambahan hutan dengan sasaran penjarahan kayu yang bernilai sangat
tinggi juga sangat besar. Keadaan itu ditambah dengan masih maraknya
perdagangan satwa langka untuk tujuan komersil, misalnya kulit, harimau,cula
badak maupun burung – burung endemik tertentu.
Menghadapi
berbagai isu dan perkembangan terkini, Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini
adalah Departemen Kehutanan bukannya tidak tinggal diam. Berbagai hal telah
dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa langkah yang sudah
dilakukan antara lain : adalah penambahan staf pengelola pada taman nasioanal;
melakukan jaminan pelaksanaan undang – undang sesuai dengan peraturan untuk
menghindari praktik perambahan hutan (illegal
logging) serta praktik konversi hutan untuk lahan perkebunan; dan penutupan
akses jalan tertentu yang digunakan pembalak liar disekitar taman nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar