Keanekaragaman
hayati merupakan sumber utama bahan pangan seluruh umat manusia. Tanpa
keanekaragaman hayati umat manusia tidak akan bertahan hidup dan punah laksana
dinsaurus. Sejak pola hidup bercocok tanam berkembang dalam rentang kebudayaan
umat manusia sekitar 12.000 tahun yang lalu, lebih dari 7.000 jenis tanaman dan
beberapa ratus spesies hewan telah digunakan sebagai sumber utama konsumsi
manusia.
Keseimbangan
keanekaragaman hayati juga berperan dalam mempertahankan keseimbangan suatu
ekosistem. Berbagai jenis burung maupun ular membantu mengurangi populasi
serangga dan beberapa hewan yang menjadi vektor berbagai penyakit seperti kutu
dan tikus. Mereka juga berfungsi mengontrol hama yang dapat merusak produksi
pertanian. Berbagai jenis makanan pokok manusia seperti padi, gandum jagung diserbukkan
oleh beragam jenis serangga, burung, kelelawar dan hewan lainnya.
Berbagai jenis
organisme hidup lainnya berguna menjaga kesuburan tanah melalui metabolisme
yang ada. Sekali lagi semua itu terjadi hanya apabila keseimbangan
keanekaragaman hayati senantiasa terjaga. Keanekaragaman genetik yang ada
membantu berbagai organisme untuk tidak berkembang menjadi penyakit dan hama.
Sebenarnya
peningkatan kedaulatan pangan dan keanekaragaman hayati bisa berjalan seiring
sejalan. Salah satu contoh pembangunan kembali perikanan global (tangkapan
laut) dapat melibatkan kegiatan konservasi laut. Penurunan hasil laut yang
terjadi secara global dapat ditanggulangi melalui kegiatan seperti larangan
penangkapan, pembatasan (kuota) maupun menunjukan kawasan terlarang untuk
menghindari penangkapan yang berlebihan.
Sepanjang
sejarah umat manusia, alam telah memberikan segala yang mereka punya, memberi
kecukupan makan, merawat dan melindungi kehidupan manusia. Akan tetapi saat ini
kondisi yang ada sudah berbalik arah. Kita perlu memberikan perlindungan,
perawatan dan kecukupan kebutuhan kepada alam untuk mendapatkan jaminan
kesehatan dan harapan masa depan sampai generasi mendatang.