Eskalasi kepunahan
dan krisis keanekaragaman hayati mengindikasikan bahwa saat ini alam tidak mampu
lagi mengemban dan mendukung tekanan aktivitas manusia di seantero jagat.
Setiap hari tekanan kepunahan berbagai spesies berlanjut dan 1000 kali lebih
cepat dibanding yang terjadi secara alami.
Berbagai
bentuk tekanan terhadap lingkungan bertanggung jawab terhadap krisis yang
mendera keanekaragaman hayati planet bumi pada saat ini. Punahnnya spesies
tertentu (yang menggangu kesimbangan ekosistem), kerusakan habitat, pembukaan
lahan dan alih fungsi lahan, perubahan iklim global, polusi dan tersebarnya
spesies asing adalah beberapa sebab diantaranya.
Akibat dari
kondisi keanekaragaman hayati yang tidak lagi dalam keseimbangan, berbagai
ekosistem di seluruh planet berada dalam tanda bahaya. Diantara ekosistem iti
adalah terumbu karang yang meyediakan sumber pangan/protein, perlindungan dari
badai, menyediakan lapangan kerja, sarana rekreasi dan sumber pendapatan lain saat
ini merupakan salah satu ekosistem dengan kondisi yang paling parah. Saat ini
hanya tersisa 30% terumbu karang yang berada dalam keadaan sehat dengan
selebihnya telah mengalami kerusakan dan kita berpotensi kehilangan sumber
pendapatan dari jasa lingkungan untuk hampir 500 juta orang di seluruh jagat.
Kepunahan
berbagai spesies mahluk hidup juga menjadi pertanda nyata krisis keanekaragaman
hayati yang terjadi pada saat ini, kondisi terparah semenjak dinosaurus punah
hampir 65 juta tahun lalu. Dari 5.494 spesies mamalia yang saat ini diketahui,
78 diantaranya telah punah atau punah dari alam liar, 191 spesies berada adalam
keadaan kritis, 227 spesies terancam dan 496 berada dalam keadaan rawan. Tidak
hanya mamalia, kelas ampibi juga mengalami ha serupa, dengan 1.910 spesies
dalam bahaya kepunahan dari 6.312 spesies yang ada. Secara keseluruhan dari
59.507 spesies yang dikenal, 19,265 diantaranya dalam keadaan terancam punah,
sebuah angka yang membuat miris.
Akankah kita
berdiam diri dengan kondisi yang ada?