Perlindungan
terhadap keseimbangan keanekaragaman menghadapi berbagai tantangan serius yang
tidak ringan. Manusia dengan berbagai aktivitas yang memanfaatkan sumber daya
alam secara tidak berkelanjutan menjadi pihak yang paling bertanggung-jawab.
Sepanjang sejarah umat manusia, alam telah memberikan segala yang mereka punya,
memberi kecukupan makan, merawat dan melindungi kehidupan manusia. Servis gratis tersebut riskan untuk hilang dalam beberapa dekade kedepan akibat perubahan alam. manusia menghadapi tantangan proteksi keseimbangan keanekaragaman hayati yang tidak ringan.
Tantangan
pertama perlindungan keseimbangan keanekaragaman hayati adalah degradasi dan
kehilangan ekosistem sebagai habitat berbagai spesies keanekaragaman hayati. Saat
ini sebagai akibat eksploitasi tanpa kendali, berbagai ekositem penting dunia
berada dalam tanda bahaya dan kita berpotensi kehilangan segala jasa lingkungan
yang tiada ternilai harganya. Kehilangan dan kerusakan habitat telah berpengaruh
pada berbagai spesies yang dalam keadaan terancam, diantaranya 86% spesies
burung, 88% spesies amphibi dan 86% spesies mamalia.
Semakin
intensnya perdagangan global, dimulai dari era kolonial (Kolumbus menemukan
Amerika) sampai hari ini menghadirkan tantangan kedua, hadirnya spesies asing
invasif (invasive allien species) yang
berkembang dan tersebar diluar daerah penyebaran alaminya. Beberapa jenis
spesies yang paling berbahaya dalam kasus ini antara lain tikus, kepiting
hijau, anjing dan ular pohon coklat. Berapa kasus tersebarnya spesies asing
terjadi tanpa disengaja meski dengan efek yang luar biasa. Hewan-hewan ini
secara tidak sengaja masuk kedalam kontainer, kapal, mobil sampai tanah.
Beberapa kasus
tersebarnya spesies asing sempat menyita perhatian dunia dengan bahaya
kerusakan ekosistem yang sangat nyata. Salah satunya dapat disebutkan adalah satu spesies lebah pembunuh
Afrika yang diintroduksi di Brasil yang telah lepas ke lingkungan dan saat ini
telah tersebar sampai ke Amerika Serikat. Selain itu lepasnya suatu spesies
ular tertentu yang “menumpang” kapal kargo pada beberapa dekade lalu hampir
memusnahkan beberapa spesies burung endemik di Pulau Guam. Sebelum era
kolonial, Benua Australia tidak mengenal anjing dan tikus, dua spesies hewan
yang kini dominan di wilayah tersebut. Daftar tersebut masih sangat panjang untk
disebutkan, dan akan semakin bertambah panjang di masa mendatang.
Tantangan ketiga adalah over-eksploitasi akan
segala potensi sumber daya alam. Berbagai jenis sumber daya alam mengalami
tekanan secara berlebihan, ekstraksi, perburuan, perikanan untuk makanan, hewan
ternak maupun sumber pengobatan.
Tantangan
selanjutnya adalah polusi dan penyebaran penyakit. Sebagai salah satu contoh
penggunaan pupuk yang tidak sesuai kebutuhan telah meningkatkan level nutrisi
dalam tanah dan air, menyebabkan terjadinya eutrofikasi.
Efek paling nyata dalam kasus ini adalah berlipat gandanya spesie alga tertentu
yang dapat meracuni spesies akuatik. Berkembangnya eceng gondok tanpa kendali
yang dapat menyebabkan pendangkalan perairan merupakan contoh yang lain.
Tantangan
terakhir perlindungan keseimbangan keanekaragaman hayati adalah perubahan iklim
terkait aktivitas manusia. Sebagai contoh perubahan iklim telah menyebabkan
terganggunya alur migrasi spesies tertentu dan juga pemutihan terumbu karang.
Akibat berbagai
aktivitas manusia tersebut, keanekaragaman hayati berada dalam masa kriris yang
memerlukan campaur tangan manusia untuk menyelamatkan segala fungsinya. Kita
perlu memberikan perlindungan, perawatan dan kecukupan kebutuhan kepada alam
untuk mendapatkan jaminan kesehatan dan harapan masa depan sampai generasi
mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar