Batang Maek, Anak Batang Kampar dari Jembatan Maek (Doc) |
Pengelolaan
daerah aliran sungai salah satunya dilakukan dalam rangka mewujudkan penurunan
laju kerusakan lingkungan hidup demi menjaga keseimbangan fungsi daerah aliran
sungai. Permasalahan yang ada pada ekosistem sungai dapat terjadi di wilayah
daerah tangkapan air, sempadan sungai dan badan air. Kerusakan ekosistem sungai
pada akhirnya berpotensi menimbulkan kerusakan, bahkan menyebabkan punahnya
ekosistem sungai. Kerusakan ekosistem sungai ini mengganggu keseimbangan fungsi
sungai dengan komponen Ekonomi-Sosial dan Lingkungan hidup sebagai penyangga.
Komitmen
pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan sungai yang berkelanjutan telah
melahirkan kebijakan untuk menentukan DAS prioritas Nasional. Saat ini telah
ditetapkan 13 (tiga belas) DAS prioritas nasional, dengan salah satunya adalah
Batang Kampar yang melewati Propinsi Sumatera Barat dan Riau.
Batang
kampar merupakan satu dari beberapa DAS prioritas nasional yang berada di
Sumatera Barat. Sungai ini berhulu pada beberapa daerah seperti Kabupaten Lima
Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman sebelum mengalir ke propinsi Riau dan bermuara
di Selat Malaka. Daerah hulu Batang Kampar di Lima Puluh Kota dan Pasaman merupakan
bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan kondisi hutan konservasi
yang relatif masih terjaga.
Segmen Batang Kampar di Kabupaten Lima Puluh Kota
paling tidak melewati tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Barisan, Kecamatan
Kapur Sembilan dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Di kawasan Bukit Barisan,
hulu Batang kampar dimulai dari rangkaian pegunungan yang merupakan bagian
kawasan hutan konservasi alahan panjang/malampah. Di daerah ini dikenal kawasan
kebun teh yang pernah berjaya dimasa orde baru. Sayang potensi perkebunan ini
saat ini terbengkalai karena berbagai faktor, salah satunya mungkin karena
nilainya yang tidak lagi ekonomis.
Masih
di kawasan Kecamatan Bukit Barisan, segmen Batang Kampar juga melewati suatu daerah
bernama Nagari Maek melalui anak sungainya yaitu Batang Maek. Kawasan Maek
lebih di kenal sebagai Daerah Seribu Menhir, suatu monumen jaman batu besar (megalitikum) yang merupakan simbol
kemajuan peradaban. Bukan tanpa alasan manusia prasejarah membangun peradaban
di kawasan ini. Selain ketersedian kekayaan bahan pangan, keberadaan Batang
Kampar juga telah menjadi jalan tol laksana berbagai peradaban agung dunia lainnya
seperti Sungai Indus di India, Nil di Mesir, Kuning di China maupun Eufrat -
tigris di Mesopotamia/Irak.
Setelah
melewati kawasan Kecamatan Bukit Barisan, segmen Batang Kampar melalui anak
sungainya Batang Maek menuju wilayah Kecamatan Kapur Sembilan. Selanjutnya air
jernih Batang Maek mengalir deras menuju Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
Keberadaan nama “pangkalan” mengisyaratkan pada jaman dahulu kawasan ini
merupakan sebuah “bandar” atau “pelabuhan” pertemuan para saudagar yang membawa
berbagai bahan alam, mineral berharga dan juga budak belian.
Dipercaya
bahwa di “pangkalan” inilah pangkal jalan sutera segmen selatan – jalur
perdagangan laut yang menghubungkan timur dan barat, melalui Selat Malaka –
Laut Andaman – Srilanka - Kalkuta – laut arab – laut merah – laut tengah. Jalan
sutera ini menghubungkan produsen berbagai komoditi penting seperti rempah,
emas, padi di pedalaman Sumatera kepada konsumen di pusat peradaban Mesir,
Yunani, Macedonia, Babilonia.
dari beberapa sumber