kebun urban (doc pribadi) |
Banyak dari masyarakat urban saat ini
mengembangkan kegiatan berkebun baik dalam skala komunitas maupun personal.
Masih ingat kegiaatan berkebun ibu ibu PKK atau kelompok dasa wisma? Kegiatan
berkebun dapat dianggap sebagai suatu tindakan yang ramah lingkungan apabila
hasil dari kegiatan tersebut secara prinsip menghasilkan lebih banyak karbon
tersimpan dalam bentuk biomassa (massa tanaman) daripada karbon yang
teremisikan. Pada dasarnya, langkah untuk mengukur tingkat emisi dari suatu
kegiatan pertanian adalah sangat komplek dan menantang dengan melibatkan
parameter yang tidak sedikit. Emisi ini akan mepertimbangkan penggunaan bahan
bakar dalam pembibitan, penggunaan air, energi untuk membuat peralatan dan
aspek lainnnya.
Berbagai jenis bahan dan peralatan -
selanjutnya kita sebut sebagai input, yang digunakan dalam kegiatan berkebun
mempunyai efek nyata terhadap jumlah karbon yang tersimpan ataupun teremisikan.
Berbagai peralatan mekanis berbahan bakar fosil seperti mesin potong rumput
maupun mesin pompa air merupakan contoh sebagian alat yang secara nyata
mengemisikan karbon dioksida. Beberapa langkah dapat ditempuh menuju kebun
ramah lingkungan, diantaranya:
Membatasi produk sintetis. Dengan
semakin beragamnya produk sintetis di pasaran, penggunaan pupuk buatan,
insektisida dan herbisida buatan memiliki kecenderungan meningkat. Di lain
pihak, kesadaran penggunaan bahan alam sebagai subtitusi bahan diatas semakin
berkembang. Bahan-bahan alami alternatif seperti pupuk organik, pupuk kandang
dan kompos terbukti lebih ramah terhadap
lingkungan dengan jejak karbon (carbon
footprint) yang lebih kecil. Berbagai insektisida dan herbisida berbahan baku
alami seperti beer bait, neem oil dan bacterial
toxin juga terbukti lebih ramah terhadap perubahan iklim, aman terhadap
binatang piaraan dan juga hewan liar.
Menggunakan Tenaga Manusia. Rumput,
gulma dan daun daun tanaman yang berguguran dapat diperlakukan menggunakan
tenaga manusia dan menghindari peralatan mekanis berbasis bahan bakar fosil.
Ketika kita memiliki halaman berumput, kita bisa menggunakan peralatan manual
bertenaga manusia, atau peralatan elektrik bertenaga listrik dari pada
peralatan berbahan bakar minyak. Kita tahun bahwa penggunaan bahan bakar fosil
merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca. Setiap penggunaan peralatan
mekanis yang menghabiskan 4,5 liter bensin, akan menimbulkan emisi karbon
dioksida sebesar 9 kg ke atmosfer.
Rotasi tanaman/pergiliran. Jika kita memiliki
kebun sayuran yang lumayan luas, memperbanyak jenis sayuran yang ditanam,
melakukan pergiliran jenis tanaman dan lokasi lahan merupakan langkah terbaik.
Pergiliran seperti sayuran daun (ex bayam) – sayuran buah (ex tomat)-sayuran
umbi (ex kacang) juga sangat pantas untuk dicoba. Dengan melakukan pergiliran
tanaman, hama tertentu bisa dikendalikan secara manual tanpa menggunakan
peralatan mekanis atau bahan kimia. Selain itu pergiliran tanaman akan membuat
tanah lebih sehat dan memungkinkan untuk beristirahat. Kemampuan jenis tanaman kacang
kacangan/legumonisae untuk melakukan fiksasi nitrogen (mengikat nitrogen dari
udara) memungkinkan kita untuk mengurangi kebutuhan pupuk nitrogen.
Mengenali
jenis lahan/tanah. Banyak
petani dan juga kita yang hobi berkebun secara sederhana menduga – duga
kebutuhan unsur hara tanah pada saat pemupukan. Akibatnya tidak ada dosis atau
takaran yang tepat apakah pupuk yang diberikan sesuai jenis dan jumlah,
berlebih atau malah kekurangan. Untuk mendapatkan gambaran kesuburan suatu
tanah memang memerlukan analisa profesional yang mendetail menyangkut
keberadaan unsur pospor (P), potasium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan
juga derajat keasaman (pH). Akan tetapi secara sederhana kita bisa
memperkirakan tingkat kesuburan tanah dari analisa kandungan organik, semakin
banyak kandungan organik, ditandai dengan warna tanah yang menghiram, tanah
akan semakin subur.
Hindari
penggunaan peat/serat/media tanam buatan. Penggunaan
peat (sphagnum, coco, serat batu) sebagai media tanam telah lama menimbulkan
berbagai kontroversi terkait dengan asal materia tersebut. Sebagai contoh
sphagnum yang banyak digunakan sebagai media tanam terutama jenis anggrek
ternyata dalam ekstraksinya dari alam telah merusak keseimbangan alam liar dan
mengganggu keseimbangan siklus hidrologi setempat. Sebagai alternatif, media
tanam terbaik adalah kompos, yang dapat diproduksi dari sebelah dapur kita.
Ok, itu hanya sebagian, selanjutnya bisa kita
kembangkan dewe-dewe. Yak yo ngono to gan?
referensi : Union of Concerned
Scientist, USA, April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar