Beragam aktvitas manusia, langsung
atau tidak langsung berperan dalam meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca yang
ada di atmosfer. Efek selanjutnya dikenal dengan pemanasan global, keadaan
dimana suhu bumi secara rata- rata mengalami peningkatan. Dalam konsep lebih
luas, bumi disebutkan telah mengalami perubahan iklim, hal yang sebelumnya
tidak terjadi sebelum revolusi industri hadir pertengahan abad 18 di tanah
Inggris.
Peran sentral gas rumah kaca
dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menyadarkan banyak pihak akan perlunya
perubahan gaya hidup (kick the habit).
Salah satu yang populer dalam tren tersebut adalah berkembangnya konsep
hunian/rumah tinggal ramah lingkungan, sebuah hunian dengan jejak emisi karbon
yang minimal. Dengan mengadopsi konsep hunian ramah lingkungan, selain
terkendalinya emisi gas rumah kaca, berbagai keuntungan baik materi maupun non
materi akan didapatkan, mulai dari efisiensi biaya, peningkatan produktivitas
kerja sampai dengan tercipta lingkungan hunian yang bersih, sehat, aman dan
nyaman. Sebuah hunian ramah lingkungan paling
tidak memiliki tiga ruang lingkup yang menjadi penekanan,yaitu : (1)
peralatan dan perlengkapan; (2) sumber daya air dan energi dan (3) pengelolaan
sampah.
Hebatnya kemudian, konsep hunian
ramah lingkungan sebenarnya sudah mengakar dalam berbagai kebudayaan daerah di
seluruh Indonesia. Konsep rumah adat yang menerapkan pemakaian bahan- bahan
dari alam yang terbukti berkelanjutan merupakan salah satu wujud kearifan lokal
warisan nenek moyang yang sangat membanggakan. Kita tahu bahwa material alam
yang digunakan dalam berbagai rumah adat sangat cocok dengan iklim tropis yang
cenderung panas dan lembab.
Salah satu contoh adalah konsep
rumah gadang di ranah minang. Segala bahan yang digunakan dalam rumah gadang
menurut konsep aslinya berasal dari alam dan dengan mudah terdaur ulang, mulai
dari lantai dan rangka kayu, dinding bambu sampai dengan atap yang terbuat dari
ijuk.
Pergeseran
mulai terjadi di era modern dimana bahan – bahan yang digunakan mulai beralih
kepada produk pabrikasi. Mulai dari rangka beton, dinding bata dan atap seng.
Banyak segi mulai hilang dengan adanya peralihan material yang digunakan
tersebut. Mulai dari kondisi mikroklimat yang berubah sampai dengan hilangnya ketahanan
terhadap bencana alam seperti gempa (*_).
www.maszoom.blogspot.com
Adaptasi
dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar