10.10.2014

Kesimbangan Emisi Gas Rumah Kaca, Jalan Menuju Konservasi Sumber Daya Alam

Sumber Daya Air (Doc Pribadi)


Ada bukti yang menguat bahwa segala bentuk pembangunan yang dilakukan umat manusia di seluruh muka bumi  menghadapi suatu tantangan baru dan parahnya tantangan ini merupakan penggerak utama roda kehidupan social di era modern. Tantangan tersebut tidak lain adalah menipisnya cadangan bahan bakar fosil (minyak dan gas) yang ada di perut bumi. Tidak hanya menjadi penggerak kehidupan manusia dalam kurun beberapa abab terakhir, bahan bakar fosil pun menyediakan berbagai keperluan lain seperti panas, energy dan listrik. Pertanian, farmasi, komunikasi dan berbagai segi kehidupan sangat bergantung  pada cadangan bahan bakar tersebut, langsung atau tidak langsung, misalnya komoditi plastic.
Dalam suatu kesempatan, ASPO, Association for the Study of Peak Oil and Gas, sebuah asosiasi studi tentang minyak dan gas menyebutkan bahwa dunia menghadapi fajar bagian kedua era minyak bumi dimana perannya yang sedemikian mendasar dalam era ekonomi modern berada dalam posisi kritis dan menurun karena keterbatasan sumber daya. Banyak ahli ekonomi mempercayai bahwa semakin langka dan sulit minyak bumi  didapatkan, semakin kuat usaha untuk mendapatkannya. Akibatnya semakin mahal  komoditas minyak bumi tersebut dan konsumen pun demi menjamin terpenuhinya kebutuhan berusaha mendapatkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menimbun yang mungkin cukup untuk kebutuhan bebrapa tahun.

Lari dari kondisi tersebut, ada satu pemikiran rasional dimana kita mengambil resiko dengan memanfaatkan cadangan minyak bumi, tanpa merubah kebiasaan yang kita lakukan. Selain potensi kelangkaan cadangan sumber daya, minyak bumi yang terus kita bakar membebaskan CO2 yang akan menghangatkan bumi dan menjadikan atmosfer kita semakin sulit untuk diprediksi. Pada tahun 2030, diproyeksikan bahwa kebutuhan energy dunia akan meningkat lebih dari 50 persen. Akan semakin sulit mencapai ketahanan energy  dengan hanya tergantung pada bahan bakar fosil, tanpa mengembangkan alternative yang lain.
Argumen lain yang terkait menyebut bahwa dengan pertumbuhan penduduk dunia yang berada dalam kondisi meningkat, meyadarkan semua pihak untuk berupaya mengendalikannya. Pada awal 2008, ada lebih dari 6,6 milyar manusia diseantero jagad dan diperkirakan mencapai puncak pyramid pada angka 9,0 milyar. Menurut UN Population Fund, dengan keterbatasan daya dukung bumi, penduduk bumi diperkirakan akan menurun, setelah melewati angka maksimal tersebut. Seiring penduduk bumi yang semakin banyak, kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa manusia juga akan meningkat. Tanpa usaha pengendalian ekstraksi sumber daya alam perawan, kita dengan segera akan kehilangan berbagai bahan esensial dalam meningkatkan taraf hidup seperti uranium, tembaga, emas. (Kick the Habbits, UNEP, 2008)

Tidak ada komentar: