Meningkatnya pola konsumsi kita berkorelasi langsung dengan
terjadinya perubahan iklim global. Produksi bahan pangan dan sistem pertanian
global sangat bergantung kepada energi fosil. Bahan bakar minyak digunakan pada
hampir semua aspek produksi pangan, mulai dari pembuatan pupuk kimia, irigasi, mekanisasi
pertanian sampai dengan pengolahan dan distribusi hasil pertanian.
Selanjutnya
ketika makanan yang kita produksi tidak terkonsumsi dengan baik, misalnya
karena kelebihan stok dan penurunan kualitas, bahan pangan tersebut akan
berakhir di tempat sampah dan terdekomposisi secara anaerob. Masalah lebih
besar muncul karena gas yang diemisikan dari proses tersebut adalah gas metana
yang 25 kali lebih berbahaya dibanding karbon dioksida dalam efek rumah kaca.
Sebagai
gambaran akan pengaruh pola konsumsi kita terhadap perubahan iklim global,
berikut disajikan beberapa data yang berasal dari Organisasi Pangan Dunia
(FAO).
·
Di negara Inggris, total emisi gas rumah kaca
yang berasal dari makanan yang terbuang menjadi sampah setara dengan 20 persen
emisi kendaraan di seluruh jalan raya Britania;
·
Makanan yang terbuang menjadi sampah di Amerika
Serikat setara dengan 300 juta barel minyak bumi pertahun, hampir 4 persen
dari total konsumsi minyak negara
tersebut;
·
Makanan menjadi komponen utama yang dibuang ke
tempat pembuangan akhir sampah di Amerika Serikat, dan menjadi sumber bagi 34
persen emisi gas rumah kaca .
Selanjutnya
bagaimana dengan kita di nusantara? Baiknya kita gali kembali segala nilai –
nilai dan kerifan lokal yang ada, agar kita tidak sama dengan mereka. Agama
mengajarkan bahwa Tuhan tidak menyukai hambanya yang berlebihan, misal dalam
konsumsi makanan.
Sifat
mubadzir adalah perbuatan setan. Kita mulai dengan membeli sesuai kebutuhan. Pastikan
setiap kilogram bahan pangan yang kita siapkan aman sampai terkonsumsi di meja
makan.
Mau, jadi
kawan syaitan?
www. Maszoom.blogspot.com
adapted from FAO, Roma, Italia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar