Kualitas lingkungan di Indonesia sampai
dengan dewasa ini hanya dikelola secara parsial berdasarkan media pencemaran,
yaitu air, udara, dan lahan. Kondisi ini memunculkan kesulitan untuk menilai
kondisi lingkungan hidup di suatu kawasan apakah bertambah baik atau
sebaliknya. Menghadapai timbulnya permasalahan ini, salah satu cara untuk
mereduksi beragamnya data dan informasi adalah dengan menggunakan suatu rumusan
indeks tentang kualitas lingkungan hidup.
KLH sebagai institusi yang
berwenang dalam bidang lingkungan hidup di Indonesia mengadopsi kerangka Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang dikembangkan oleh Virginia Commonwealth
University (VCU) dan BPS. Dalam indeks kualitas lingkungan ini digunakan
kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan sebagai indikator. Yang
mejadi pekerjaan rumah kemudian, karena minimnya data, kualitas lingkungan di
wilayah pesisir dan laut serta kondisi kekinian keanekaragaman hayati tidak
dimasukkan dalam perhitungan IKLH.
Konsep IKLH, seperti yang
dikembangkan oleh BPS selanjutnya hanya mengambil tiga indikator kualitas
lingkungan yaitu kualitas air sungai, kualitas udara, dan tutupan hutan. Perhitungan
nilai indeks kualitas air dan udara mengacu pada baku mutu atau standar yang
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup (baku mutu air dan baku mutu udara
ambien). Sedangkan untuk indeks tutupan hutan menggunakan standar luas kawasan
hutan di setiap provinsi yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.
Tidak masuknya dua parameter dalam
Indeks kulitas lingkungan yaitu kualitas lingkungan pesisir/laut dan kondisi
keanekaragaman hayati adalah satu hal yang sangat menyedihkan. Kita sudah
seharusnya menyadari bahwa Indonesia adalah bangsa maritim terbesar di dunia,
yang mana perlindungan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut adalah nafas
dari setipa kehidupan. Sekali lagi komitmen para pembuat kebijakan patut
dipertanyakan dalam hal ini.
Setali tiga uang, kondisi yang
sama terjadi dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia. Kita secara
sadar seakan melupakan karunia terbesar Sang Pencipta yang menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara dengan
kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Apabila dua potensi besar ini
tidak diperhitungkan dengan topeng minimnya data, maka perubahan dan kerusakan yang
terjadi akan semakin tidak terpantau, dan segala manfaat luar biasa dari keduanya
akan tersia-sia. Manakala kita tersadar, segalanya terlambat sudaaa …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar