Ilustrasi bencana (net) |
Berbagai
kasus lingkungan yang terjadi pada dewasa ini, baik pada lingkup daerah,
nasional maupun global tidak dapat disangkal berakar pada sikap, perilaku dan
gaya hidup manusia. Kasus kasus pencemaran dan kerusakan seperti di laut,
hutan, udara, air dan tanah bersumber pada perilaku manusia yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan pemenuhan kebutuhannya.
Krisis lingkungan yang terjadi sekarang ini hanya bisa di atasi dengan
melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam secara
fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah perubahan gaya hidup (kick the habbit), atau perilaku hidup
baru baik bagi kita sebagai individu, anggota kelompok, masyarakat luas atau
bahkan negara.
Kesalahan
cara pandang dalam menempatkan diri antara manusia dan alam ini bersumber pada tata
nilai anthroposentrisme, yang
memaandang manusia sebagai pusat dari
alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai sementara alam raya dan
seisinya sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Etika
anthroposentrisme
merupakan sebuah cara pandang barat yang bermula dari Aristoteles hingga di
amini oleh filsuf-filsuf barat modern penyeru ajaran kapitalisme.
Dalam
pandangan ini, manusia dianggap berada di luar, diatas dan terpisah dari alam.
Bahkan manusia dipahami sebagai penguasa atas alam sehingga boleh melakukan apa
saja terhadap alam. Cara pandang seperti inilah yang melahirkan sikap dan
perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala
isinya yang dianggap tidak mempunyai nilai pada diri sendiri.
Minimal
ada tiga kesalahan mendasar dalam cara pandang ini : Pertama, manusia dipahami hanya sebagai makhluk sosial (social animal) dimana eksistensi dan
identitas dirinya hanya ditentukan oleh komunitas sosialnya. Dalam pemahaman
ini manusia dianggap berkembang menjadi dirinya dalam interaksinya dengan
sesama manusia dalam komunitas sosialnya. Kedua,
etika dan tata nilai hanya berlaku bagi komunitas sosial manusia. Dalam hal
ini yang disebut norma dan nilai moral hanya dibatasi berlakunya bagi manuisa.
Etika dan tata nilai tidak berlaku bagi mahluk lain di luar manusia. Ketiga Kesalahan cara pandang anthroposentrisme ini diperkuat lagi
dengan cara pandang atau paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi yang cartesian yang bercirikan mekanistik-reduksionistik. Dalam
paradigma ilmu pengetahuan yang cartesian, ada pemisahan yang tegas antara alam
sebagai obyek ilmu pengetahuaan dan manusia sebagai subyek. Dalam pandangan ini
ilmu pengetahuan bersifat otonom, arah perkembangannya hanya untuk mendukung
ilmu pengetahuan semata.
Referensi
: Etika lingkungan, Keraf, A Sonny, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar