3.07.2011

Morning Sickness

.... Senin, 7 Maret 2011
Mengawali minggu kedua bulan Maret 2011 dengan sebuah ekspetasi tinggi. Tak ubahnya semua pengharapan yang pernah menyembul akan selalu tinggal pengharapan. Setelah mendampingi sang terkasih meniti jalan panjang di perantauan demi sebuah cita, Senin kali ini dilewati dengan "B 145 A".
Memang kata itu yang akan selalu mendampingi langkah langkah kecilku.
 ...
Kembali teringat akan suatu pemikiran yang pernah menjadi motivasi.
Hal biasa menjadi sangat luar biasa ketika hal biasa tersebut tiba tiba "TIADA". 
Hal "LUAR BIASA" akan menjadi biasa ketika hal luar biasa tersebut dah terbiasa untuk  "ADA"
...
Hal besar selalu dari kecil ...
Air di samudra luas berasal dari tetes tetes air hujan ...

3.04.2011

Wooooow ...... Yogyakarta Paling Patuh Bayar Pajak

JAKARTA - Berdasarkan data yang dihimpun oleh Ditjen pajak, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah dengan tingkat kepatuhan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak paling tinggi dibanding dengan wilayah lain di seluruh Indonesia.
  "DIY, tingkat kepatuhan SPT-nya mencapai 89,84 persen. Ini merupakan persetasi per wilayah tertinggi diseluruh indonesia," ungkap Kepala Subdik Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan Ditjen Pajak, Liberti Pandiangan, saat acara diskusi dengan tema "kepatuhan penyampaian SPT tahunan", di kantor pajak, Jakarta, Jumat (4/3/2011).

Sementara itu, peringkat kedua atas kepatuhan SPT adalah Provinsi Jawa tengah I, yaitu Solo. Dengan persentase kepatuhan SPT sekira 78,49 persen. Untuk Wilayah Jawa Tengah memang dibagi menjadi beberapa bagian. Tepatnya wilayah Jawa Tengah I dan II.
"Tertinggi berikutnya adalah wilayah Jawa Tengah II yaitu Semarang dengan persentase kepatuhan SPT sebesar 75,04 persen," ungkapnya.

Dari wilayah yang persentasenya tinggi terhadap kepatuhan SPT tersebut, ada juga wilayah yang kepatuahnnya rendah yakni Sumatera Utara. "Sumatera Utara I, paling rendah. Tepatnya di Pematang Siantar yang hanya 38,06 persen," ungkapnya.(http://www.okezone.com/)

3.02.2011

BENTENG AHMAD TUNGGAL DIBANGUN TUANKU RAJA BESAR NEGERI SEMBILAN MALAYSIA, KUATKAN SEJARAH ASAL

LUBUAK BATINGKOK - Tuanku Ahmad Husaini bin Hamzah, Tuanku Raja Besar dari Seremban, Negeri Sembilan Malaysia, beserta 11 anggota rombongan lakukan kunjungan ke Kabupaten Limapuluh Kota. Disambut Bupati Limapuluh Kota dr Alis Marajo Dt. Sori Marajo dan Wakil Bupati Drs Asyirwan Yunus, beserta Kapolres dan Dandim , pada hari Sabtu (26/2) di rumah dinas Labuah Silang, Payakumbuh.




Ahmad Husaini bin Hamzah, Tuanku Raja Besar beserta istri Snalawate binti Mohd Taib, meletakkan batu pertama pembangunan monumen Benteng Perlindungan Tuanku Ahmad Tunggal dan Tuanku Nan Garang di kawasan Aur Baduri Gunung Bungsu, Jorong Tigo Balai, Nagari Lubuak Batingkok, Kecamatan Harau.



Ikut juga dalam rombongan Mohommad bin Nordin, Jamilah binti Samsudin, Mohd Zairi Abdul Razak, Mhd Ismail bin Isnin, Ahmad Najib bin Hamzah, Baharuddin bin Dahalan, Mohammad Rusdhan bin Mazlan dan Norah binti Mohammad. Dalam catatan informasi di Koto Tangah Nagari Lubuak Batingkok yang diceritakan oleh Dt Pobo, Tuanku Ahmad Tunggal adalah anak raja ke-5 Yamtuan Imam Negeri Sembilan yang ibunya berasal dari Koto Tangah, Kabupaten Limapuluh Kota, pada saat datang mengunjungi Limapuluh Kota dan Pagaruyung pada tahun 1827 M. Tuanku Ahmad Tunggal bersama Tuanku Nan Garang terlibat peperangan Pidari dan melawan Belanda



Dalam catatan informasi di Koto Tangah Nagari Lubuak Batingkok yang diceritakan oleh Dt Pobo, Tuanku Ahmad Tunggal adalah anak raja ke-5 Yamtuan Imam Negeri Sembilan yang ibunya berasal dari Koto Tangah, Kabupaten Limapuluh Kota, pada saat datang mengunjungi Limapuluh Kota dan Pagaruyung pada tahun 1827 M.



Tuanku Ahmad Tunggal bersama Tuanku Nan Garang terlibat peperangan Pidari dan melawan Belanda. Pada tahun 1838-1839 Tuanku Ahmad Tunggal ditawan oleh orang Simalanggang yang pro Belanda. Dan Tunku Nan Garang menyelamatkan Tuanku Ahmad Tunggal dari penjara Belanda. Kemudian Tuanku Nan Garang bersama Dt.Siamang Gagok, dan Dt.Magek Malintang mengantar Tuanku Ahmad Tunggal kembali ke Seri Menanti Negeri Sembilan.



Tuanku Ahmad Husaini bin Hamzah, Tuanku Raja Besar mengatakan, kedatangannya ke lokasi benteng perlindungan Tuanku Ahmad Tunggal dan Tuanku Nan Garang, dengan penuh rasa haru bernostalgia dalam alam pikiran terhadap kakek buyutnya yang pernah berjuang melawan Belanda di Limapuluh Kota.



“Kami rasa terharu terhadap sambutan masyarakat Limapuluh Kota tempat tanah asal kami dahulunya, dan berjanji akan memberikan kebaikan kepada masyarakat tempat tanah lelehur kami ini, dan akan memberikan bantuan dalam pembangunan benteng perlindungan Tuanku Ahmad Tunggal dan Tuanku Nan Garang,“ ujar Tuanku Raja Besar.



Bupati Limapuluh Kota dr Alis Marajo Dt. Sori Marajo, kedatangan Tuanku Ahmad Husaini bin Hamzah, Tuanku Raja Besar ke Limapuluh Kota merupakan kedatangan anak kemenakan dan berhasil merantau ke negeri Seberang Malaysia.



“Peristiwa ini merupakan sejarah antara Limapuluh Kota khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya dengan Negeri Sembilan yang senantiasa berusaha mempererat kembali hubungan silaturahim masyarakat serumpun antara kedua Negara,” ujar Alis Marajo



SejarahTuanku Ahmad Tunggal



Pada zaman Belanda Simalanggang menjadi pusat perniagaan emas dan kopi .Tuanku Ahmad Tunggal dan Tuanku Nan Garang, menentang kebijakan Van Den Bosh dari pihak Belanda dan kemudian berpihak kepada perniagaan Ingris yang ketika itu berpusat di Pulau Pinang.



Di Luak Lima Puluah Koto ada nama nagari Tiga Batur, Sarilamak, Batu Balang, Mungka, Batu Hampar, Payakumbuh, Tigo Nenek (Tigo Balai) yang menjadi nama suku bagi masyarakat Negeri Sembilan dan di Melaka yang berasal dari Kabupaten Limapuluh Kota. Sedangkan nama nagari Sungai Naniang, Koto Baru, Pakan Rabaa menjadi nama daerah di Negeri Sembilan.



Tuanku Ahmad Tunggal, adalah ayah dari Tuanku Besar Burhanuddin di Srimenanti, ialah kakek dari Tuanku Ampuan Najihah adik beradik. Tentu saja adalah kakek dari Duli Yang Maha Mulia Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan ketika ini. Setelah 150 tahun terlena, maka kesilapan itupun terkuak ketika seorang muda di Negeri Sembilan, bernama Ahmad Husaini Bin Hamzah bin Muhammad Illyas bin Jamin bin Ahmad Tungga ternyata tak rela ketika nama kakeknya yang jelas bermakam di komplek makam raja-raja di Serimenanti tiba-tiba hilang tak berimba.



Ahmad Husaini Bin Hamzah bin Muhammad Illyas bin Jamin bin Ahmad Tungga pun kembali ke Tanah Pangkal Minangkabau menelusuri tapak rumah sang kakek yang dulu ditinggalkan dengan membawa duplikat kebesaran yang dulu dipakai sang kakek, ia pulang menyerahkan kembali kepada ninik mamak di Limapuluh Kota.



Pada 27 Desember 2009 , gayung-pun bersambut. Sepakat Ninik Mamak dan pemuka adat di Balai Adat Situjuh Banda Dalam, sepakat ninik mamak di Balai Paranginan Koto Tangah, sepakat pula ninik mamak di Balai Nan Panjang Koto Laweh. Tak kurang pembenaran sejarah dan pengukuhan dari pembenaran penelusuran yang dilakukan dan dibenarkan oleh ketua LKAAM Limapuluh Kota Dr.Alis Marajo Datuk Sori Marajo, dan di hadiri dua Bupati sekaligus, ialah Bupati Tanah Datar Ir M Shadiq Pasadigoe SH dan Bupati Kabupaten Limapuluh Kota Drs Amri Darwis kala itu, bertempat di Balai Nan Panjang Koto Laweh, Ahmad Husaini Bin Hamzah bin Muhammad bin Jamin bin Ahmad Tungga resmi kembali memakai gelar Tuanku Raja Besar. Dikukuhkan bersama seorang Montinya Rangkayo Bosa Batuah untuk dibawa kembali ke Negeri sembilan Malaysia.