12.07.2011

Mencermati Kualitas Udara di Sekitar Kita (Part 1 of 3)

Udara di sekitar kita memiliki kualitas yang mudah berubah. Intensitas perubahannya akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang diemisiskan ke udara dengan faktor -faktor meteorologis (angin, suhu, hujan, sinar matahari). Akibat interaksi dengan angin, polutan akan tersebar (dispersed) sesuai dengan arah berhembusnya. Sebagian polutan akan mengendap (deposited) di tanah, air, bangunan ataupaun tananaman. Sebagian polutan lainnya akan tetap terdispersi di udara. Beberapa proses ini pada akhirnya akan merubah konsentrasi polutan di udara atau dalam artian mengubah kualitas udara yang kita punya.
Berbagai macam jenis polutan dapat mengotori udara di sekitar kita. Dari segi bentuknya polutan bisa berwujud gas, padat, maupun cairan. Dalam prosesnya polutan dikategorikan menjadi polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer dihasilkan dari sumber emisinya secara langsung misalnya gas buang yang diemisikan sepeda motor yang kita pakai. Sementara polutan sekunder terbentuk sebagai hasil interaksi antar polutan maupun komponen dari atmosfer. Diantara polutan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan manusia antara lain sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitogen dioksida (NO2), ozon (O3), hidrokarbon (HC), debu dan timah hitam. Ozon di troposfer bersama dengan PAN (peroxy-acetyl nitrate) merupakan dua contoh dari polutan sekunder yang terbentuk di udara.
Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara. Meskipun demikian, masuknya polutan tersebut tidak selalu menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Mengacu kepada definisi secara resmi, pencemaran udara dinyatakan terjadi jika masukan polutan ke dalam udara yang kita hirup sudah menyebabkan penurunan kualitas sehingga fungsi-fungsinya terganggu. Hal ini terjadi misalnya sampai kepada tingkatan dimana kesehatan manusia sudah terganggau, atau lingkungan sudah tidak berfungsi/berperilaku sebagaimana mestinya.
Untuk memudahkan penilaian atas tercemar tidaknya udara di suatu lingkungan, kita dapat membandingkan kualitasnya dengan Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) seperti yang sudah di tetapkan pihak yang berwenang. Dalam hal ini, jika konsentrasi suatu jenis polutan dalam udara sudah melampui nilai baku mutunya, maka dapat dipastikan bahwa udara tersebut telah tercemar. Di pihak lain meskipun disuatu lingkungan ada sumber polutan, tetapi konsentrasinya masih dalam batas toleransi maka udara di kawasan tersebut belum dapat dikatakan sebagai tercemar. Sebagai contoh udara yang memiliki kandungan SO2 sebesar 1.250 mikrog/Nm3 dalam waktu 1 jam dapat dianggap sudah tercemar karena nilai baku mutunya melebihi ambang sebesar 900 mikrog/Nm3.

Tidak ada komentar: