2.05.2013

Ironi sebuah bangsa bernama Amerika




Untuk mendistribusikan bahan pangan dari lahan pertanian sampai dengan piring di meja makan, bangsa Amerika menghabiskan 10 persen kebutuhan energi nasionalnya, dengan penggunaan lahan (pertanian) mencapai 50 persen dari luas negara. Untuk mencapai angka tersebut bangsa Amerika membutuhkan suplai air bersih demi menjalankan lahan pertaniannya sebanyak 80 persen dari seluruh kebutuhan air secara nasional. Hal selanjutnya yang terjadi adalah sebuah ironi, lebih dari 40 persen produk (pertanian) adalah hilang tak termakan.

Angka 40 persen produk pertanian yang tidak mtermakan bukanlah angka yang kecil, karena angka tersebut setara dengan membuang makanan senilai US$ 165.000.000.000,- (165 milyar dolar) ke tempat sampah setiap tahun (terus terang i’m a little bit nerveous when convert in to Rp). Rata rata mereka membuang mkanan ke tgempat sampah sebanyak 150 kg/kapita/tahun. Makanan yang menjadi sampah ini pada akhirnya menyumbang porsi terbesar produksi gas rumah kaca berupa gas metan dari bangsa Amerika.

Yang menjadi pertanyaaan kemudian adalah bagaimana ini bisa terjadi? 

           Sedemikian besar nilai makanan yang menjadi sampah terkait erat dengan gaya hidup dan perilaku penduduknya. Standar mutu makanan yang sedemikian tinggi mengakibatkan penurunan mutu sedikit saja menjadikan sebuah produk tidak layak lagi dikonsumsi bagi bangsa Amerika, padahal produk tersebut masih cukup layak dikonsumsi di belahan dunia yang lain. Bangsa Amerika membuang makanan ke tempat sampah sebanyak 10 kali lebih banyak dari saudaranya di Asia Tenggara. 

Harus diingat bahwa masih ada 870 juta saudara kita yang masih menderita kelaparan dan kekurangan gizi, satu dari delapan penduduk bumi dicengkeram setan lapar. Jadi, masihkah anda menyisakan sedikit menu makan siang anda hari ini ke tempat sampah layaknya bangsa Amerika?
(maszoom adapted/adopted from FAO)

Tidak ada komentar: