5.14.2013

Efek Pemanasan Global Terhadap Stabilitas Politik dan Ekonomi


Pemanasan global telah membawa efek karambol tidak hanya terhadap lingkungan hidup tetapi juga telah berimbas secara serius terhadap aspek ekonomi dan politik. Ekosistem, mulai dari puncak salju Himalaya, sampai biru laut dangkal Maladewa sedang mengalami perubahan yang sangat cepat sepanjang sejarah umat manusia.

Perubahan keseimbangan ekosistem terjadi hampir diseluruh penjuru jagat. Kota-kota pesisir menghadapi bahaya tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. New York, Tokyo, Mumbai, Hong Kong, London, Sidney dan Singapura mungkin akan tinggal sejarah dalam kurun seabad mendatang.

Perubahan iklim berimbas pada semakin meluasnya gurun pasir yang semula adalah lahan hijau pertanian, Australia, China, Amerika Serikat dan negara-negara Sub Sahara menghadapi masalah yang hampir serupa.  Imbas lebih parah dari perubahan iklim global yang terasa secara ekonomi adalah terganggunya pola cuaca yang semakin tak menentu.

Gelombang panas, angin topan, suhu ekstrim, salju di luar musim hanya merupakan beberapa kasus nyata. Akibatnya ribuan penerbangan dan jadwal pelayaran terganggu, berbagai perusahaan merugi seara ekonomi. Satu yang pasti, kedepan hal hal ekstrim akan mejadi suatu yang biasa.

Efek pemanasan global tidak hanya berhenti di situ. Seluruh dunia menanggung konsekuensi yang sama. Akan tetapi rakyat miskinlah yang paling terimbas dari terjadinya bencana yang terkait dengan cuaca diiringi dengan lonjakan harga berbagai kebutuhan.

Bahkan negara super kaya sekalipun menghadapi masalah serupa dengan terjadinya resesi ekonomi dan potensi konflik kepentingan antar negara terkait semakin terbatasnya cadangan sumber daya. Apa yag terjadi di Jepang dan konflik dengan China akan kepemilikan sebuah pulau yang luasnya tidak lebih dari beberapa hektar, adalah salah satu contoh nyata.

Menjadi satu hal yang sangat penting upaya mitigasi perubahan iklim, pengentasan kemiskinan dan pengembangan sistem ekonomi dan politik yang mengedepankan stabilitas. Semua bisa dimulai dengan merubah perilaku kita dalam mengemisikan gas rumah kaca.

 


Contents adapted from The United Nations

Tidak ada komentar: