4.28.2014

Batang Kampar Kabupaten Lima Puluh Kota, Satu Dari Tiga Belas DAS Prioritas Nasional


Batang Maek, Anak Batang Kampar dari Jembatan Maek (Doc)
Pengelolaan daerah aliran sungai salah satunya dilakukan dalam rangka mewujudkan penurunan laju kerusakan lingkungan hidup demi menjaga keseimbangan fungsi daerah aliran sungai. Permasalahan yang ada pada ekosistem sungai dapat terjadi di wilayah daerah tangkapan air, sempadan sungai dan badan air. Kerusakan ekosistem sungai pada akhirnya berpotensi menimbulkan kerusakan, bahkan menyebabkan punahnya ekosistem sungai. Kerusakan ekosistem sungai ini mengganggu keseimbangan fungsi sungai dengan komponen Ekonomi-Sosial dan Lingkungan hidup sebagai penyangga.

Komitmen pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan sungai yang berkelanjutan telah melahirkan kebijakan untuk menentukan DAS prioritas Nasional. Saat ini telah ditetapkan 13 (tiga belas) DAS prioritas nasional, dengan salah satunya adalah Batang Kampar yang melewati Propinsi Sumatera Barat dan Riau.

Batang kampar merupakan satu dari beberapa DAS prioritas nasional yang berada di Sumatera Barat. Sungai ini berhulu pada beberapa daerah seperti Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman sebelum mengalir ke propinsi Riau dan bermuara di Selat Malaka. Daerah hulu Batang Kampar di Lima Puluh Kota dan Pasaman merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan kondisi hutan konservasi yang relatif masih terjaga.

Segmen Batang Kampar di Kabupaten Lima Puluh Kota paling tidak melewati tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Barisan, Kecamatan Kapur Sembilan dan Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Di kawasan Bukit Barisan, hulu Batang kampar dimulai dari rangkaian pegunungan yang merupakan bagian kawasan hutan konservasi alahan panjang/malampah. Di daerah ini dikenal kawasan kebun teh yang pernah berjaya dimasa orde baru. Sayang potensi perkebunan ini saat ini terbengkalai karena berbagai faktor, salah satunya mungkin karena nilainya yang tidak lagi ekonomis.

Masih di kawasan Kecamatan Bukit Barisan, segmen Batang Kampar juga melewati suatu daerah bernama Nagari Maek melalui anak sungainya yaitu Batang Maek. Kawasan Maek lebih di kenal sebagai Daerah Seribu Menhir, suatu monumen jaman batu besar (megalitikum) yang merupakan simbol kemajuan peradaban. Bukan tanpa alasan manusia prasejarah membangun peradaban di kawasan ini. Selain ketersedian kekayaan bahan pangan, keberadaan Batang Kampar juga telah menjadi jalan tol laksana berbagai peradaban agung dunia lainnya seperti Sungai Indus di India, Nil di Mesir, Kuning di China maupun Eufrat - tigris di Mesopotamia/Irak.

Setelah melewati kawasan Kecamatan Bukit Barisan, segmen Batang Kampar melalui anak sungainya Batang Maek menuju wilayah Kecamatan Kapur Sembilan. Selanjutnya air jernih Batang Maek mengalir deras menuju Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Keberadaan nama “pangkalan” mengisyaratkan pada jaman dahulu kawasan ini merupakan sebuah “bandar” atau “pelabuhan” pertemuan para saudagar yang membawa berbagai bahan alam, mineral berharga dan juga budak belian.

Dipercaya bahwa di “pangkalan” inilah pangkal jalan sutera segmen selatan – jalur perdagangan laut yang menghubungkan timur dan barat, melalui Selat Malaka – Laut Andaman – Srilanka - Kalkuta – laut arab – laut merah – laut tengah. Jalan sutera ini menghubungkan produsen berbagai komoditi penting seperti rempah, emas, padi di pedalaman Sumatera kepada konsumen di pusat peradaban Mesir, Yunani, Macedonia, Babilonia.

Hal tersebut mungkin yang terjadi pada jaman batu, ribuan tahun yang lampau. Hal yang terjadi kemudian, saat ini Batang Kampar seakan menghilang dan terlupakan. Andai ditanyakan kepada beberapa amtenar di Lima Puluh Kota dimana sih batang kampar itu? Mungkin akan lebih banyak menggeleng tanda tak tahu atau tak mahu tahu. Padahal Batang Kampar adalah 1 (satu) dari 13 (tiga belas) DAS prioritas nasional.

 

dari beberapa sumber

Tidak ada komentar: