11.24.2011

Dunia Diambang Krisis Pangan, Energi dan Air menghadapi Pemanasan Global

Berbagai isu isu besar menghantui umat manusia dalam menghadapi perubahan iklim global (climate change) yang semakin intens dirasakan. Tidak ada jaminan akan kelangsungan hidup manusia dimuka bumi terkait dengan drastisnya perubahan lingkungan yang terjadi akhir akhir ini. Kemampuan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim global menjadi kata kunci untuk menghindari kepunahan ras manusia (human race). Ketergantungan (interdependency) yang besar akan kepentingan/pemenuhan kebutuhan antar setiap bangsa/negara menjadikan masing masing tidak bisa berjuang secara soliter dari pengaruh perubahan iklim global.


Sebagai contoh, negara kota semisal Singapore yang miskin akan sumber daya alam namun mampu mengembangkan sumber daya manusia sehingga punya HDI yang tinggi, memiliki ketergantungan yang sangat besar akan suplai food, energy dan water dari tetangga-tetangganya. Tidak terbayangkan yang akan terjadi di negara tersebut apabila karena suatu sebab pasokan food semisal buah dari Thailand, beras dari Vietnam, daging dari Aussie tiba-tiba berhenti total. Lebih parah lagi jika kemudian pasokan energy berupa LNG dari daratan Riau dan suplai air bersih/water dari Johor ikut pula terganggu. Kekalutan maha dahsyat dipastikan terjadi. Hal ini sekali lagi membuktikan semakin kaburnya batas negara (borderless) dalam kampung dunia yang semakin mengglobal. Masing masing daerah, negara atau kawasan memiliki posisi tawar yang berbeda dalam percaturan hubungan antar bangsa terkait dengan sumber daya yang ada .

Kawasan timur tengah sejak lama berperan penting menentukan hubungan dan perdamaian antar bangsa terkait dengan besarnya cadangan energi yang mereka punya. Berbagai kepentingan negara besar bermain di dalamnya demi memperoleh manfaat besar energi yang dikandung. Mengantisipasi menipisnya cadangan energi dunia dari sumber energi fosil menyadarkan dunia (barat) akan pentingnya mencari dan menemukan energi yang terbarukan (renewable). Berbagai sumber energi alternatif seperti angin, nuklir, bioenergi selanjutnya muncul menjadi pilihan yang menarik. Akan tetapi permasalahan nampaknya masih jauh dari selesai. Bioenergi dari produk pertanian semisal tebu, jagung maupun bit yang menjadi solusi dan berkembang diberbagai negara seperti Barsil, Amerika Serikat maupun Eropa ditakutkan berkompetisi dengan kebutuhan manusia akan Food itu sendiri.

Perbenturan kepentingan antar bangsa terkait kepemilikan dan pemanfaatan sumber air sudah banyak mengemuka. Bagaimana kita lihat adanya permasalahan yang tak kunjung selesai di daerah Khasmir yang menjadi rebutan tiga kekuatan – India, Pakisatan dan China tidak bisa dilepaskan dari posisi wilayah ini di kaki pegunungan himalaya yang menjadi cacthment area dan sumber air bagi sungai sungai dibawahnya. Masalah serupa juga mengemuka di berbagai wilayah semisal Lembah Sungai Mekong di Indochina, Sungai Nil di Afrika maupun tarik ulur antara Turki dan Irak terkait pengelolaan dua sungai kembar Sungai Eufrat dan Tigris.

Menjadi sangat penting upaya pencadangan dan konservasi terhadap Food, Energy and Water dalam menjaga pertahanan suatu negara. Peran besar ketiganya dalam menciptakan perdamain maupun peperangan antar bangsa mewajibkan kita untuk selalu berlaku arif dalam penggunaannya. Bersikap boros dan tanpa perencanaan dalam penggunaan/pemanfaatan Food, Energy dan Water merupakan suatu perbuatan yang sia sia (**).

@maszoom.blogspot.com

Tidak ada komentar: