4.08.2012

SENI BERBOHONG YANG BAIK (Part I)


Berbohong tidaklah semudah yang dibayangkan. Ketika pada suatu kesempatan anda terpaksa melakukan kebohongan, semua jenis sinyal yang tidak dapat dikendalikan oleh otak, diaktifkan oleh syaraf otonom. Beragam bahasa tubuh muncul melebihi jumlah kata-kata bohong anda : wajah memerah, telapak tangan berkeringat, mulut kering, hidung dan tenggororkan gatal.

Kecepatan percakapan normal kita berkisar antara 100 sampai dengan 120 kata per menit. Pada waktu yang sama manusia mampu berpikir maju untuk rata – rata 800 kata. Bahasa tubuh merupakan saluran untuk pikiran dan perasaan dalam jumlah besar yang tidak terucapkan. Menyembunyikan sinyal tubuh seperti ini, apalagi pada saat harus berbohong merupakan seni tersendiri dan tidak semua orang terlatih untuk melakukannya. Terkecuali dalam hal ini, profesi politisi maupun pengacara memiliki kemampuan secara teknis untuk mengendalikan bahasa tubuh. Kemampuan mereka dalam menetralkan bahasa tubuh melebihi dari semua jenis pekerjaan yang lain.

Suatu kebohongan yang dilontarkan oleh pembohong yang tidak profesional cepat atau lambat akan terungkap dari kelainan pola pembicaraan mereka misalnya nada bicara yang lebih lambat, menunda tanggapan dan secara umum menyampaikan suatu hal tidak secara spontan. Mereka mungkin juga menghindari penggunaan kata ganti pertama dengan seolah - olah mencoba memungkiri kebohongan. Pembohong yang lebih terlatih akan mengetahui lebih banyak tipuan.

Seperti sudah banyak diketahui orang, cara paling baik untuk berbohong adalah berpegang pada sebanyak mungkin porsi kebenaran. Pada keadaan ini tanda-tanda kebohongan diminimalisisr sehingga lebih mudah untuk tetap konsisten. Semakin kecil taraf kebohongan, semakin besar cara ini dilakukan secara efektif. Kita juga harus mengetahui bahwa pembenaran akan suatu kebohongan merupakan bentuk kebohongan lainnya. Demikian seterusnya dan kebohongan ini seakan tiada berujung pangkal.

Pembohong paling buruk adalah orang yang mencoba untuk meyakinkan pendengarnya mengenai keakuratan pernyataanya dengan menggunakan sinyal bahasa tubuh tertentu. Pada kenyataannya bahasa tubuh yang diyakini sebagai kesan kejujuran tersebut merupakan sinyal yang menyesatkan baginya menuju terungkapnya kebohongan yang diperbuatnya(*_*).

www.maszoom.blogspot.com adaptasi dari "Body Language At Work" London, UK

Tidak ada komentar: