4.12.2013

Mengenal Sepuluh Anggota GRK, Biang Berbagai Masalah Dunia (2)


Next ... kita langsung saja berkenalan dengan 10 anggota GRK yang sepak terjangnya sebenarnya sudah sangat terkenal di seantero jagat.

1)      Uap Air (H20). Sudah seharusnya tidak ada yang tidak mengenal uap air, akan tetapi yang mengenal uap air sebagai agen GRK yang berpotensi pada global warming mungkin bisa dihitung dengan jari pada sebelah tangan. Pernahkan anda merasa sangat gerah ketika hari akan turun hujan? Itulah efek rumah kaca yang sebenarnya. Keberadaan uap air di atmosfer dengan umur dalam beberapa hari memerangkap energi matahari sehinga tidak bisa memantul kembali keluar angkasa, keadaan ini menciptakan sensasi gerah karena tubuh berusaha melepaskan kelebihan kalor dalam bentuk keringat.

Akan tetapi adanya keseimbangan siklus hidrologi yang normal telah menghilangkan efek uap air terhadap potensi global warming. Hal ini nampak jelas manakala malam cerah tanpa awan, dapat dipastikan suhu akan drop jauh dari suhu siang hari. Hal ini terjadi karena energi matahari yang diserap permukaan bumi kembali dipantulkan bebas keluar angkasa dengan atmosfer sebagai satu-satunya filter.

2)      Karbon Dioksida (CO2). Karbon dioksida merupakan komponen utama penyumbang efek rumah kaca. Sebanyak 80 persen efek rumah kaca disebabkan oleh senyawa ini. Konsentrasi Karbon dioksida pada masa sebelum revolusi industri berkisar pada angka 280 ppm. Meningkatnya konsumsi bahan bakar fosil, berkembangnya industri pengolahan (salah satunya industri semen) dan alih fungsi lahan dan kehutaan (LULUCF) pasca revolusi berperan meningkatkan konsentrasi karbon dioksida hingga mencapai angka 365 ppm sebagaimana tercatat pada tahun 1998. Durasi hidup karbon dioksida sangat variatif dan sulit ditetapkan terkait dengan adanya siklus karbon yang melibatkan fotosintesis yang dilakukan tanaman.

3)      Metana (CH4). Metana merupakan komponen pada urutan berikutnya yang sangat berperan terhadap pemanasan global. Metana lebih berbahaya dari karbon dioksida karena mempunyai potensi 21 kali lebih besar dalam peran efek rumah kaca. Metana selain dihasilkan dalam proses pembakaran bahan bakar fosil juga dalam porsi besar terbentuk dalam proses produksi pertanian (padi), peternakan (sapi, babi) dan pelapukan sampah organik. Metana pada masa sebelum revolusi industri di atmosfer berada pada konsentrasi 0,7 ppm dan meningkat lebih dari dua kali lipat (1,75 ppm, tahun 1998) hanya dalam beberapa abad berjalan. Metana di atmosfer mempunyai durasi hidup selama 12 tahun, dengan pengertian senyawa yang terbentuk hari ini masih sama berbahayanya untuk masa 12 tahun mendatang.

4)      Nitrogen Oksida (N2O). Secara alami nitrogen oksida berada di atmosfer dan terbentuk melalui proses alam salah satunya pada saat terjadinya petir. Berbagai aktifitas manusia seperti penggunaan pupuk kimia dan pembakaran pada suhu tinggi (banyak terjadi pada proses industri) turut berperan dalam perubahan keseimbangan konsentrasi nitrogen oksida di atmosfer. Dengan umur relatif mencapai 114 tahun, nitrogen oksida punya potensi efek gas rumah kaca 310 kali lipat lebih berbahaya dibanding karbon dioksida. Saat ini, konsentrasi nitrogen oksida di atmosfer sedikit meningkat (dari 0,25 ppm menjadi 0,31 ppm tahun 1981) dibandingkan masa pra revolusi industri.

5)      HFC 23/CFC (CHF3). Senyawa berikutnya yang berperan dalam pemanasan global adalah HFC 23 atau lebih dikenal sebagai CFC/freon yang merupakan komponen utama mesin pendingin. HFC 23 dengan durasi hidup selama 250 tahun merupakan senyawa sangat berbahaya karena 12.000 kali lebih berbahaya dari karbon dioksida. Sebelum revolusi industri tidak ditemukan senyawa ini di atmosfer, akan tetapi hampir 200 tahun kemudian konsentrasi HFC 23 di udara telah mencapai 0,000014 ppm. (2 b continued ...)

 


Contents adapted from the united nations

Tidak ada komentar: