4.10.2014

Minyak Nabati, Antara Kebijakan Bahan Pangan dan Energi alternative di Beberapa Negara Asia



Buah Sawit (net)
Asia merupakan produsen sekaligus konsumen utama minyak nabati dunia khususnya minyak sawit. Indonesia dan Malaysia, dua produsen minyak nabati dunia menyandarkan kebijakan dalam pengembangan minyak sawit sebagai sumber devisa negara. Dengan perkembangan pasar minyak nabati dunia yang sangat besar, khususnya China dan India telah menjadi importer utama. 

Kebijakan bioenergi di China telah menjadi bagian dari sebuah mekanisme untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi minyak bumi, memperkuat modernisasi pertanian dan pengembangan social masyarakat pedesaan dan mendorong lingkungan hidup berkelanjutan. Sementara itu perhatian pemerintah India terhadap ketergantungan energy telah mendorong kebijakan khusus untuk mendukung pengembangan bioenergi khususnya bioetanol dan biodiesel. Berseberangan dengan Indonesia dan Malaysia, India lebih mendorong pengembangan sumber bioenergi non-pangan seperti Jatropha (minyak jarak). Sesuai target yang ada, pada 2011-2012 diharapkan 20% kebutuhan minyak diesel di India berasal dari tanaman ini.

Secara tradisional Indonesia telah menjadi produsen terbesar minyak nabati dunia, khusunya minyak sawit. Berseberangan dengan fakta tersebut, kebijakan pemerintah untuk mendorong penggunaan bioenergi baru dimulai pada beberapa tahun terakhir. Kontribusi penggunaan biodiesel diharapkan meningkat dari 2% pada 2010 menjadi 5% pada 2025. Meskipun penggunaan minyak nabati (i.e minyak sawit) untuk bioenergi sedemikian penting, akan tetapi pendorong utama kebijakan minyak sawit adalah untuk pasar domestic dan pasar ekspor. 

Malaysia saat ini merupakan eksportir utama minyak sawit dunia dimana ada komitment kuat dari pemerintah setempat untuk melindungi dan mengembangkan sector industry ini. Sejalan dengan yang terjadi di Indonesia, kebijakan penggunaan biodiesel di negara ini bukanlah kunci utama perkembangan komoditi disbanding penggunaan sebagai bahan pangan. Luas lahan yang telah dikonversi menjadi perkebunan sawit di Malaysia sudah sedemikian besar sehingga pengembangan lebih lanjut menjadi lebih terbatas, khususnya di tanah Semenanjung. 

Thailand memiliki basis ekonomi yang lebih terdiferensiasi. Meskipun sector minyak sawit sedang berkembang, dibandingkan Malaysia dan Indonesia peran sector ini masih sangat terbatas. Sebagai salah satu sumber bahan baku industry biodiesel, kebijakan perdagangan minyak nabati di Thailand masih dalam taraf formulasi kebijakan sehingga sangat sulit untuk memperkirakan perkembangan kedepan akan seperti apa. Satu hal yang pasti adalah bahwaThailand merupakan produsen singkong terbesar di dunia, salah satu alternative sumber bioenergi/bioethanol lain yang sangat potensial untuk dikembangkan .

Sumber : IEA Bioenergy Final Report, 2009

Tidak ada komentar: