7.02.2014

Melawan Pemanasan Global dengan Berkebun Urban Ramah Lingkungan

Taman di halaman rumah (doc pribadi)
Sebagian keluarga di Indonesia merupakan rumah tangga agraris yang menyandarkan pemenuhan kebutuhan dari budidaya pertanian. Tak ubahnya rekan mereka yang di kawasan rural, masyarakat urban (perkotaan) di Indonesia juga membawa gaya hidup yang sama, meluangkan waktu, tenaga dan dana sekedar untuk menyalurkan hobi berkebun, menanam bunga atau tanaman budidaya. Di Amerika, lebih dari 7% rumah tangga urbannya terlibat kegiatan berkebun dalam berbagai level, mulai dari sejedar hobi untuk memiliki koleksi bunga yang indah, hijaunya halaman dengan rerumputan, penyediaan buah segar dari kebun belakang sampai dengan penyediaan sayuran. Selain itu ada juga yang meluangkan hobi berkebun sekedar untuk mendapatkan ketenangan, keheningan dan kedekatan dengan alam yang sudah sangat jarang dalam masyarakat urban dimana segalanya diukur dengan uang dan waktu yang memburu.
 
Tak disangka dari berbagai latar belakang kegiatan berkebun urban diatas, ada aspek lain yang tak disadari namun sangat berharga. Berkebun dengan perlakuan tertentu ternyata ikut andil dalam melawan pemanasan global. Hebatnya disini, kegiatan yang sederhana ini, tanpa disadari menjadi salah satu kunci masyarakat urban untuk turut serta membela bumi. Hubungan pemanasan global dan berkebun ramah lingkungan terkait erat dengan beberapa aspek lain seperti pengetahuan tentang daur karbon, ilmu tanah, tumbuhan dan perubahan iklim. Selain itu berkebun ramah lingkungan juga berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan adaptasi pemenuhan kebutuhan dari halaman belakang. Alih alih mengemisikan karbon (carbon emitting), berkebun dan berbagai budidaya pertanian ramah lingkungan merupakan satu - satunya kegiatan manusia yang menyimpan karbon (Carbon sink), turut menjaga keseimbangan konsentrasi karbon di atmosfer.
 
Para ilmuan percaya bahwa pemanasan global adalah sedang berlangsung, merupakan buah yang tumbuh sebagai hasil dari peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan berbagai gas penjebak panas yang lain di atmosfer atau lebih dikenal sebagai gas rumah kaca. Peningkatan ini merupakan akibat dari berbagai aktivitas manusia dengan pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuels burning) sebagai faktor utama. Ketika peningkatan konsentrasi karbon dioksida diatmosfer mengganggu kesetimbangan daur karbon, dia akan berlaku laksana selimut, menahan panas di atmosfer dan sebagai konsekuensi adalah terganggunya pola cuaca diberbagai belahan dunia.
 
Dalam pemanasan global yang sedang berproses, kita akan lebih sering menjumpai badai, angin ribut, gelombang panas, cuaca ekstrim, kemarau panjang ataupun banjir yang memicu kegagalan panen. Pemanasan global juga memicu pencairan es dikutub, menjadi penyebab kenaikan permukaan air laut dan berpotensi menenggelamkan kota-kota di pesisir. Perubahan pola cuaca ini selanjutnya memicu perubahan iklim yang membawa berbagai konsekuensi, tidak hanya aspek kesejahteraan dan kesehatan, namun juga kelangsungan hidup seluruh makhluk penghuni bumi.
 
www.maszoom.blogspot.com

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

 

Tidak ada komentar: