7.02.2014

Melindungi Tanah Air dari Pemanasan Global Bermodalkan Tanah

Global warming counter attackante (dok pribadi)
Seluruh makhluk hidup yang ada di permukaan bumi tersusun atas atom karbon sebagai kerangka dasar. Atom Karbon dapat terikat sebanyak empat karbon lain (valensi empat dalam ilmu kimia). Sebagai akibatnya, atom karbon dapat membentuk suatu rantai atom yang suaangat puanjaaaaang sekali. Beberapa senyawa alam seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan beberapa contoh rantai karbon yang mempunyai peran esensial dalam menunjang kehidupan makhluk bumi. Atom karbon secara berkelanjutan terus bergerak dan berpindah melalui organisme hidup, lautan, atmosfer, tanah dan batuan dalam suatu fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai daur karbon (carbon cycle).

Petani dan para peminat budidaya pertanian urban ikut berpartisipasi dan berperan dalam daur komplek tersebut melalui tanaman yang mereka kembangkan. Tumbuhan menangkap karbon dioksida dan diubah menjadi karbohidrat (pati atau gula) dan senyawa karbon lain (ex. selulose, lignin) yang menjadi komponen penyusun jaringan tumbuhan. Ketika jaringan tumbuhan yang kaya senyawa karbon ini dikonsumsi oleh binatang, atau ketika tanaman mati dan mikroorganisme tanah mendekomposisi menjadi kompos, karbon dioksida terbentuk dan kembali masuk ke atmosfer seperti sedia kala.
Pemanasan global pada dasaranya adalah terjadinya gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon prasejarah (fossil fuel) yang sudah tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon tersebut kembali dalam tanah.

Salah satu langkah dalam mengunci karbon di kebun maupun halaman rumah adalah dengan memanfaatkan tanah yang kita miliki berapapun luasnya. Halaman yang terbatas tidak menghalangi kita untuk melakukan langkah serupa dengan menggunakan pot ataupun atap rumah. Menempatkan kembali senyawa organik kaya karbon seperti bagian-bagian tanaman dan kotoran ternak kedalam tanah memungkinkan atom karbon untuk tersimpan semntara waktu. Meski sebagian kecil karbon akan terlepas kembali ke atmosfer melalui proses dekomposisi, sebagian besar lainnya akan tertinggal dalam tanah dan terikat dalam mineral atau senyawa anorganik lain. Proses ini selanjutnya turut membantu mengurangi emisi karbon di atmosfer yang menjadi tersangka utama pemanasan global.

Mengembangkan tanah yang kaya karbon selain menguntungkan dalam turut serta melawan pemanasan global, juga mempunya efek lain yang tak kalah mencengangkan. Tanah dengan kandungan organik (karbon) tinggi mampu mencegah pencemaran air, mudah meluluskan air (drain well), mendukung hidup berbagai mikroba dan serangga menguntungkan (ex. cacing), dan tak kalah penting adalah mendukung pertumbuhan tanaman dengan sedikit atau tanpa penyubur/pupuk buatan, yang nyatanya berasal dari turunan bahan bakar fosil.

Sebuah studi yang dikembangkan di kota Seattle, Amerika Serikat dimana kepemilikan lahan oleh rumah tangga diperkirakan mencapai 25%, praktik berkebun ramah lingkungan menghasilkan output yang relatif sebanding dengan praktik dengan penggunaan bahan bakar fosil. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa rumah tangga yang melaksanakan sistem budidaya pertanian urban ramah lingkungan mendapatkan berbagai keuntungan, selain lingkungan yang lebih terjaga juga kesehatan masyarakat yang lebih terjaga. Keutungan ini belum termasuk nilai penyimpanan karbon - yang mungkin bisa diperdagangkan dalam carbon trade.
 

Tidak ada komentar: