6.01.2016

Jejak Karbon Sebagai Indikator Tekanan Lingkungan



Salah satu bentuk tekanan lingkungan
Tekanan lingkungan (environment pressures) adalah suatu kondisi lingkungan yang menerima beban yang terlalu besar, yang disebabkan fisik, sosial, ekonomi,  akibatnya menimbulkan persoalan-persoalan lingkungan, baik secara fisik, sosial, maupun psikologis (Setiawan, 1995). Kota (lingkungan) yang padat dan semrawut akan menghasilkan jiwa warganya yang sakit. Jiwa yang sakit menghasilkan kelalaian, sifat malas, dan rasa tidak peduli terhadap sesama yang berdampak datangnya musibah penyakit bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya (Supriatna, 2005). Tekanan lingkungan sangat berkaitan dengan daya dukung lingkungan (carrying capacity).
Menurut Sumarwoto (1989) daya dukung adalah kemampuan sebidang lahan untuk mendukung kehidupan. Dari konsep tersebut bahwa daya dukung berkenaan dengan kemampuan suatu lingkungan untuk mendukung kehidupan. Kedua pengertian tersebut sangat bersifat fisikalis, yaitu berkenaan dengan ukuran kemampuan lingkungan mendukung sejumlah populasi. Pemukiman sebagai suatu lingkungan, dengan manusia sebagai penghuni rumah dan berbagai kebutuhan yang melekat padanya. Oleh sebab itu daya dukung lingkungan tidak matematis sifatnya. Meskipun demikian lingkungan memiliki keterbatasan, jika pemanfaatan dan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan telah melewati batas kemampuannya, akan terjadi berbagai ketimpangan. Fenomena seperti ini menandai telah terjadinya tekanan lingkungan. Indikator terjadinya tekanan lingkungan adalah timbulnya perasaan tidak enak, tidak nyaman, kehilangan orientasi atau kehilangan keterikatan dengan suatu tempat tertentu. 
Salah satu indikator tekanan lingkungan adalah melalui perhitungan jejak karbon (Rotmans and De Vries, 1997; UNEP, 2012). Indikator tekanan lingkungan mengukur tingkat pemanfaatan sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca yang diakibatkan manusia (antropogenik) yang di buang ke lingkungan. Akan tetapi sebagai indikator, jejak karbon  ini tidak menunjukan perubahan yang tejadi di lingkungan akibat adanya tekanan lingkungan. Secara sederhana jejak karbon hanya menunjukan seberapa besar emisi gas rumah kaca, tidak pada seberapa besar akibat (dampak) dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer seperti perubahan temperatur rata rata, penguapan, curah hujan ataupun kenaikan permukaan air laut.
Jejak karbon merupakan keseluruhan emisi gas rumah kaca yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari sebuah proses produksi, organisasi atau satu individu. Sebagai contoh jejak karbon untuk satu kali penerbangan dari London ke New York adalah  setara 0,68 ton CO2, atau jejak karbon rata rata penduduk inggris pada tahun 2006 adalah setara 653 juta ton CO2 (Carbon Trust, 2008). Jejak karbon terukur dinyatakan dalam CO2 equivalent/setara dan biasanya dalam satuan ton. Frasa ekivalen atau setara memberi arti bahwa jejak karbon ini terbentuk dari sejumlah gas rumah kaca yang berbeda, yang telah dikonversi dalam jumlah yang setara dengan CO dengan tujuan agar semua emisi tersebut dinyatakan dalam satu satuan tunggal. Protokol gas rumah kaca mensyaratkan paling tidak enam jenis gas rumah kaca yaitu : karbon dioksida, metana, nitrogen oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon dan sulfur heksaflrorida.
Sebagai sebuah indikator, jejak karbon tidak menunjukan resultan perubahan lingkungan atau dampak akhir dari perubahan lingkungan yang diakubatkan kegiatan manusia. Akan tetapi jejak karbon masih cukup berguna dalam mengukur tekanan yang diberikan manusia kepada lingkungan sehingga berperan penting bagi para pihak pembuat kebijakan lingkungan untuk mengantisipasi eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan memperhatikan daya dukung lingkungan. Perhatian terhadap strategi pengurangan jejak karbon sejalan dengan kebijakan untuk melakukan mitigasi penyebab terjadinya perubahan lingkungan serta dampak sosial dan ekologis yang mengikuti. Pengurangan jejak karbon sejalan dengan kebijakan mitigasi perubahan iklim. Dalam aspek lain, adaptasi perubahan iklim memerlukan suatu indikator tertentu lainnya.
Reference :
Ercin, A Ertug & Hoekstra, Arjen Y., 2012, Carbon and Water Footprints, Side Publication Series, UNESCO, Paris, Perancis
Internet via www.ecometrica.co.uk diakses agustus 2015
Kunjungi juga blog saya di www.maszoom.blogspot.com

Tidak ada komentar: