3.15.2013

Peran Pemulung Dalam Pengelolaan Terpadu Sampah Padat Perkotaan



Memasuki abad 21, dunia semakin didera arus urbanisasi yang semakin tidak terkendali. Urbanisasi tidak hanya menjadi permasalahan negara maju, tetapi telah mendatangkan masalah yang lebih besar bagi negara-negara berkembang akibat minimnya perencanaan dan  pengelolaan infrastruktur. Berbagai masalah sosial dan ekonomi seperti penciptaan lapangan kerja, tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan dan pengelolaan sampah menjadi fenomena urbanisasi yang terjadi secara simultan. Dengan lebih dari 50 persen penduduk tinggal di perkotaan, pengelolaan sampah telah menjadi masalah di hampir semua kawasan secara global.
Tantangan kehidupan perkotaan dengan timbulan sampah yang semakin meningkat membutuhkan suatu sistem pengelolaan yang dilakukan secara terpadu dan ramah lingkungan. Saat ini sebenarnya kita sudah berbagi peran dengan para pemulung (scavenger) dalam pengelolaan sampah padat perkotaan. Keberadaan pemulung pada dasarnya merupakan salah satu aset dalam pengelolaan terpadu sampah padat perkotaan. Akan tetapi justifikasi masyarakat yang mengangap rendah keberadaan mereka menjadikan posisi mereka sangat tidak diperhitungkan. Mereka terkadang dianggap sebagai kaum kriminal yang harus dihindari dan diusir jauh-jauh. Keberadaan mereka terkadang juga menjadi sasaran eksploitasi dari para pengepul material daur ulang/barang bekas dengan seenaknya mempermainkan komoditas daur ulang.
Sampai saat ini kegiatan pemilahan sampah sedari sumbernya belum menjadi sebuah budaya di masyarakat. Keadaan ini membawa konsekuensi akan arti penting keberadaan pemulung sebagai salah satu bagian dari pengelolaan sampah terpadu. Mereka berperan dalam mengumpulkan material berharga yang dapat didaur ulang (recycle) seperti berbagai jenis plastik dan logam (ex : besi, alumunium, tembaga). Kegiatan yang mereka lakukan otomatis juga mengurangi (reduce) timbulan sampah yang seharusnya dibuang/dibawa ke TPA/landfilled. Tanpa disadari mereka juga terkadang menggunakan kembali (reuse) berbagai barang sederhana yang sudah dibuang seperti mainan (ex. Boneka), celengan, sandal/sepatu (meski cuma sebelah kaki) dan banyak lagi lainnya.
Peran mereka yang sudah sangat besar dapat ditingkatkan melalui peningkatan kapasitas dengan pengembangan organisasi/koperasi pemulung. Melalui koperasi, para pemulung akan belajar/diajari bagaiman kode etik seorang pemulung, apa yang harus dan tidak boleh (do’s and don’t) dilakukan seorang pemulung. Kegiatan organisasi/koperasi ini diantaranya adalah menjalin kerjasama dengan kawasan perumahan maupun industri kecil untuk mengelola material terdaur ulang yang berasal dari sampah. Koperasi juga secara periodik merilis daftar harga berbagai komoditi daur ulang secara up to date, dengan begitu posisi pemulung yang rentan akan permainan para tengkulak akan aman dan pada akhirnya kesejahteraan mereka akan meningkat.

adapted from USAID LAC Buerau



1 komentar:

Zahra mengatakan...

Vinyl /PVC atau V atau Polyvinyl chloride yang keras dan tahan cuaca. PVC mengandung khlor, yang berarti bahwa sedikit berbahaya karena dioxins diproduksi selama manufaktur. Digunakan untuk membuat beberapa kontainer dan botol untuk deterjen dan minyak goreng, serta jendela, pipa saluran, kawat jacketing, dan bungkus makanan cerah. PVC sering didaur ulang oleh masyarakat untuk dibuat mudflaps, lantai, dan cabbles tikar/keset, dsb. Jasa Penulis Artikel SEO harga kardus bekas di pengepul harga jual kardus bekas ke pabrik pabrik daur ulang kardus bekas
Jasa Penulis Artikel SEO jasa percetakan sampul raport K13 percetakan lamongan pengepul kardus bekas terdekat