9.04.2013

Apa yang menjadi tantangan perlindungan keseimbangan keanekaragaman hayati?


Perlindungan terhadap keseimbangan keanekaragaman menghadapi berbagai tantangan serius yang tidak ringan. Manusia dengan berbagai aktivitas yang memanfaatkan sumber daya alam secara tidak berkelanjutan menjadi pihak yang paling bertanggung-jawab. Sepanjang sejarah umat manusia, alam telah memberikan segala yang mereka punya, memberi kecukupan makan, merawat dan melindungi kehidupan manusia. Servis gratis tersebut riskan untuk hilang dalam beberapa dekade kedepan akibat perubahan alam. manusia menghadapi tantangan proteksi keseimbangan keanekaragaman hayati yang tidak ringan.

Tantangan pertama perlindungan keseimbangan keanekaragaman hayati adalah degradasi dan kehilangan ekosistem sebagai habitat berbagai spesies keanekaragaman hayati. Saat ini sebagai akibat eksploitasi tanpa kendali, berbagai ekositem penting dunia berada dalam tanda bahaya dan kita berpotensi kehilangan segala jasa lingkungan yang tiada ternilai harganya. Kehilangan dan kerusakan habitat telah berpengaruh pada berbagai spesies yang dalam keadaan terancam, diantaranya 86% spesies burung, 88% spesies amphibi dan 86% spesies mamalia.

Semakin intensnya perdagangan global, dimulai dari era kolonial (Kolumbus menemukan Amerika) sampai hari ini menghadirkan tantangan kedua, hadirnya spesies asing invasif (invasive allien species) yang berkembang dan tersebar diluar daerah penyebaran alaminya. Beberapa jenis spesies yang paling berbahaya dalam kasus ini antara lain tikus, kepiting hijau, anjing dan ular pohon coklat. Berapa kasus tersebarnya spesies asing terjadi tanpa disengaja meski dengan efek yang luar biasa. Hewan-hewan ini secara tidak sengaja masuk kedalam kontainer, kapal, mobil sampai tanah.

Beberapa kasus tersebarnya spesies asing sempat menyita perhatian dunia dengan bahaya kerusakan ekosistem yang sangat nyata. Salah satunya dapat  disebutkan adalah satu spesies lebah pembunuh Afrika yang diintroduksi di Brasil yang telah lepas ke lingkungan dan saat ini telah tersebar sampai ke Amerika Serikat. Selain itu lepasnya suatu spesies ular tertentu yang “menumpang” kapal kargo pada beberapa dekade lalu hampir memusnahkan beberapa spesies burung endemik di Pulau Guam. Sebelum era kolonial, Benua Australia tidak mengenal anjing dan tikus, dua spesies hewan yang kini dominan di wilayah tersebut. Daftar tersebut masih sangat panjang untk disebutkan, dan akan semakin bertambah panjang di masa mendatang.

 Tantangan ketiga adalah over-eksploitasi akan segala potensi sumber daya alam. Berbagai jenis sumber daya alam mengalami tekanan secara berlebihan, ekstraksi, perburuan, perikanan untuk makanan, hewan ternak maupun sumber pengobatan.

Tantangan selanjutnya adalah polusi dan penyebaran penyakit. Sebagai salah satu contoh penggunaan pupuk yang tidak sesuai kebutuhan telah meningkatkan level nutrisi dalam tanah dan air, menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Efek paling nyata dalam kasus ini adalah berlipat gandanya spesie alga tertentu yang dapat meracuni spesies akuatik. Berkembangnya eceng gondok tanpa kendali yang dapat menyebabkan pendangkalan perairan merupakan contoh yang lain.

Tantangan terakhir perlindungan keseimbangan keanekaragaman hayati adalah perubahan iklim terkait aktivitas manusia. Sebagai contoh perubahan iklim telah menyebabkan terganggunya alur migrasi spesies tertentu dan juga pemutihan terumbu karang.

Akibat berbagai aktivitas manusia tersebut, keanekaragaman hayati berada dalam masa kriris yang memerlukan campaur tangan manusia untuk menyelamatkan segala fungsinya. Kita perlu memberikan perlindungan, perawatan dan kecukupan kebutuhan kepada alam untuk mendapatkan jaminan kesehatan dan harapan masa depan sampai generasi mendatang.

 

inspiration coming from www.iucn.org,

Tidak ada komentar: