8.01.2014

Resep Terbaik Membuat Kompos Rumah Tangga

tanaman bermedia kompos (doc pribadi)
Perubahan iklim global sebagai akibat pemanasan global saat ini sedang melanda seantero dunia. Pemanasan global pada dasarnya adalah terjadinya gangguan pada kesetimbangan daur karbon akibat berbagai aktivitas manusia. Ketika kita membakar minyak bumi, gas alam atau batubara, sejumlah besar rantai karbon prasejarah (fossil fuel) yang sudah tersimpan dibawah tanah selama jutaan tahun terbebaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan kesetimbangan daur karbon tersebut adalah dengan mengunci atom karbon tersebut kembali dalam tanah.

Kita dapat membantu melawan pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan melakukan pengomposan segala sampah organik yang ditimbulkan oleh kegiatan rumah tangga. Sisa kegiatan kita seperti daun yang berguguran, pangkasan tanaman, tanaman mati dan juga sampah dapur dapat kita buat kompos yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyuburkan kebun dan halaman kita.

Ikuti langkah berikut untuk mendapatkan proses pengomposan dengan hasil terbaik sekaligus menghindari hama, serangga dan mikroorganisme pengganggu :

Keseimbangan Karbon dan Nitrogen. Proses pengomposan paling efektif terjadi manakala bahan organik memiliki perbandingan karbon dan nitrogen yang tepat. Dalam pengomposan, karbon dan nirogen diperlukan sebagai makanan bakteri, fungi dan jasad renik lain (cacaing) dalam proses pelapukan. Karbon digunakan oleh mikroorganisme tersebut sebagai sumber energi, sedangkan nitrogen dalam bahan organik tersebut digunakan sebagai penyusun kerangka protein.

Perbandingan  karbon : nitrogen dalam proses pengomposan yang ideal berkisar antara 25 :1 sampai dengan 30 : 1. Perbandingan yang terlalu besar mengakikatkan proses pengomposan berjalan lambat, sebaliknya apabila perbandingan terlalul kecil, nitrogen akan terbebaskan ke udara dalam bentuk amonia yang menyebabkan bau busuk. Sebagai perkenalan, material yang kaya karbon cenderung kering dan kusam seperti daun kering, jerami, sisa gergajian, batang dan potongan kayu. Untuk material yang kaya nitrogen cenderung basah dan hijau lakasana daun segar, sayuran, sisa makanan maupun kotoran hewan.

Biarkan Kompos Bernafas. Proses pengomposan berlangsung secara aerobik (memerlukan oksigen), berbeda dengan pengolahan sampah yang terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Karena memerlukan oksigen dalam prosesnya, pencampuran dan pengadukan kompos secara berkala (tiga hari sekali) menjadi jalan keluar terbaik. Dengan pengadukan proses berlangsung lebih efektif, mengurangi terbentuknya metana (21 kali lebih berbahaya dari pada karbon dioksida terhadap pemanasan global) pada proses anaerob. Selain itu dengan pengomposan yang efektif, suhu kompos akan meningkat  dan membunuh organisme penyebab penyakit dan juga benih gulma yang merugikan.

Tutup Gundukan Kompos. Proses pengomposon membutuhkan suhu yang ideal untuk mendukung berlangsungnya proses yang efektif. Suhu akan meningkat berlahan secara parabolis dari suhu ruangan (25oC) sampai dengan titik maksimal sekitar 60oC untuk kemudian menurun ketika proses mencapai titik akhir. Prose pengomposan berakhir manakala warna menjadi gelap, remah dan berbau laksana tanah. Dengan penutupan, suhu gundukan/loop akan terjaga, menghindari terpaan hujan dan juga panas yang berlebihan.

Kompos yang sudah jadi mempunyai berbagai kegunaan seperti pengganti pupuk buatan, media tanam, atau media campuran pembibitan. Selain itu kompos juga bisa digunakan sebagai media penutup lahan yang sangat baik.

Ok, kan? What R U waiting 4?

referensi : Union of Concerned Scientist, USA, April 2010

Tidak ada komentar: