Tampilkan postingan dengan label afrika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label afrika. Tampilkan semua postingan

4.15.2013

Empat Alasan Mengapa Pemanasan Global Harus Kita Lawan (1)

Seperti sudah diketahui bahwa global warming terjadi akibat meningkatnya kosentrasi gas rumah kaca yang diwakili oleh karbon dioksida dan beberapa gas lain di atmosfer. Gas-gas tersebut bersifat memantulkan dan menyerap radiasi sinar matahari, akibatnya bumi yang berselimut gas rumah kaca menjadi makin hangat dan manusia menjadi makin tidak nyaman dibuatnya.

Pemanasan global telah berimbas kepada seluruh aspek kehidupan manusia disegala penjuru mata angin. Karbon dioksida yang sebagian besar dihasilkan dari proses industri di Eropa dan Amerika telah membawa dampak yang lebih terasa bagi negara-negara miskin sub-sahara Afrika.

Mitigasi dan adaptasi menjadi salah satu kunci dalam mempertahankan bumi sebagai satu-satunya habitat ras manusia. Kelangsungan spesies manusia dimasa mendatang ditentukan perubahan perilaku kita dalam mensikapi pemanasan global. Paling tidak ada empat pilar yang memerlukan atensi penuh umat manusia terkait terjadinya pemanasan global.

Lets ... cekidot.

1.             Mempertahankan keseimbangan iklim  global

Gas rumah kaca telah membawa bumi pada suatu kondisi dimana cuaca tidak bisa diperkirakan sebagaimana beberapa dekade sebelumnya. Berbagai belahan dunia telah mengalami perubahan suhu menjadi lebih hangat. Akibatnya terjadi kekeringan berkepanjangan di berbagai negara, tidak hanya Afrika yang seakan sudah berlangganan, tapi juga sudah merambah ke China, Rusia bahkan Amerika sendiri.

Selain kekeringan, banjir dan cuaca ekstrim menjadi lebih sering terjadi, dan terkadang terjadi secara bersamaan dalam rentang wilayah yang berbeda. Manakala Australia menghadapi banjir yang sangat buruk, belahan Afrika sedang menghadapi kekeringan berkepanjangan dan Eropa serta Amerika sedang menghadapi cuaca panas mencapai lebih 500 C yang seakan memutus aliran nafas.Berbagai kondisi ini berdampak langsung pada stabilitas harga berbagai kebutuhan dan rantai ketersediaan suplai bahan pangan.

Cuaca yang tidak menentu mengakibatkan hewan dan tanaman yang tidak mampu menyesuaikan akan binasa dengan sendirinya. Pemanasan global mengakibatkan es di kutub mencir dan membuat permukaan air laut akan semakin meningkat yang akan menenggelamkan kota-kota pesisir. Dunia akan mengalami perubahan tren pengungsi dari yang terkait perseteruan antar bangsa menjadi pengungsi gas terkait rumah kaca (*_*).


contents adapted from The UN- Kick The Habits

2.22.2013

Bisa apa kita dengan US$ 4 M per tahun?



Hampir 900 juta penduduk dunia mengalami kelaparan yang pada umumnya terjadi di negara-negara dunia ketiga. Pada saat yang sama lebih dari satu milyar manusia kelebihan makan yang berpengaruh pada berat badan dan kesehatan. Umumnya kejadian ini terjadi di negara-negara yang mengaku sudah maju. Dengan pola produksi dan konsumsi bahan pangan dunia seperti sekarang ini, produksi pangan dunia diperkirakan harus digenjot sampai dengan 60 persen pada tahun 2050.

Penanganan bahan pangan pasca panen yang lebih efektif dan efisien kemudian menjadi satu hal yang paling realistis untuk dikembangkan demi menjamin keteraturan suplai pangan dari ladang ke meja makan. Sebagai gambaran, pengelolaan panen yang buruk di negara-negara Afrika Sub-Sahara berpotensi  menyebabkan kehilangan bahan pangan senilai US$ 4 milyar  atau Rp 40 triliun pertahunnya. Angka tersebut sudah lebih dari cukup untuk memberi makan 48 juta penduduk SELAMA SETAHUN.

Bahan makanan yang hilang dan terbuang menjadi sampah mengakibatkan kita kehilangan kesempatan untuk memberi makan penduduk dunia yang sedang  tumbuh. Keadaan ini juga berimbas pada menurunnya kelestarian lingkungan, menurunnya kualitas lahan, terganggunya persediaan sumber air dan juga rusaknya potensi keanekaraman hayati. Terbentuknya gas metan dari makanan yang terbuang menjadi sampah juga berdampak besar terhadap perubahan iklim global.

Kehilangan pangan pada penangan pasca panen dan makanan yang terbuang menjadi sampah sepanjang jalur distribusi dan konsumsi mempunyai dua dampak negatif yang sama besar terhadap lingkungan : tekanan/eksploitasi terhadap sumber daya alam dan jasa ekosistem; dan timbulnya polusi dari sampah makanan yang dibuang.
 
Dalam konteks global, seiring meningkatnya tekanan terhadap sumber daya alam, saat  ini hampir sepertiga makanan yang dihasilkan atau sekitar 1,3 milyar ton pertahun terbuang percuma tanpa sempat termakan. Sebagian mungkin berasal dari dapur dan meja makan anda?

www.maszoom.blogspot.com adapted from FAO, Rome, Italy